Karakter Yang Memberontak (Finish)
"Nona, penulis gila. Bangun!" Aku berteriak tepat di telinganya.
Ia tersentak kaget. Bangun dengan mata yang merah. Ia geram karena kesal, terbangun dengan kaget.
"Siapa kau?" katanya setengah berteriak.
"Aku, Senja, karakter yang sering kau kisahkan." Aku kembali menjelaskan siapa diriku.
Aku bertanya kepadanya, kenapa sedari tadi ia selalu menghapus dan kembali menuliskan namaku berulang.
Ia tertawa. Tawanya terdengar melecehkanku. Lalu, tawanya terhenti – wajahnya terlihat marah.
"Aku muak dengan kau, Senja. Namamu ada di mana-mana. Kau sering digunakan oleh orang lain untuk kisahnya." Ia merobek kertas yang hanya di isi dengan namaku.
Aku naik pitam melihat ia merobek kertas itu.
"Hei, kau Nona penulis. Kau kira aku tidak muak denganmu. Kau selalu menjadikanku wanita lemah. Kau biarkan aku bungkam akan perasaanku terhadap Diorama. Aku tidak sepertimu, Nona. Kau yang lemah. Bukan aku! Kau membiarkan dirimu tersakiti oleh perasaanmu sendiri. Kau yang bodoh, kenapa kau membuatku bodoh juga."
"Tutup mulutmu." Ia berteriak. Menutup telinganya.
Matanya berkaca-kaca. Tangisnya pecah memenuhi ruangan.
"Aku wanita mandiri. Dan, aku tau apa yang aku inginkan. Aku berani bicara kepada Diorama, kalau aku mencintainya. Aku tidak sepertimu yang hanya menanti, dan menjadikannya hidup dalam mimpimu saja. Ya... Kau menghidupkan Diorama dalam tulisanmu. Dalam cerita fiksimu." Aku meracau. Kata-kataku seperti ratusan peluru yang terlontar tak henti.
"Hentikan semua tulisanmu tentangku. Jangan lagi kau buat aku seperti itu," kataku lirih. Tangisku pecah bersamaan dengannya.
***
Aku terbangun, mendengar tangisku sendiri. Mejaku berantakan dengan sobekan kertas. Kusesap perlahan segelas cokelat yang sudah tidak lagi panas.
Kucoba untuk kembali menulis. Namun, aku terhenti setelah kata 'Senja'.
Komentar
Posting Komentar