Perjalanan

Hai Diorama,
Bagaimana keadaan mu? Apakah sudah seimbang semuanya, antara body, mind and soul.
Ternyata itu sangat pentig untuk hidup yang berkelanjutan ini.
Mungkin untuk menyeimbangkan itu semua aku butuh liburan, atau hanya sekedar untuk menepi.
Menepi dari hiruk pikuk rasa.
Liburanku kali ini sangat random sekali. Tidak ada tujuan yang pasti di awal.
Aku hanya ingin pergi untuk sementara. Beberapa hari untuk belajar menyeimbangkan semuanya.
Kala itu aku hanya ingin ke Kediri. Tidak ada alasan yang pasti untuk kota itu.
Aku mulai mencari-cari tahu tentang kediri. Tentang wisata disana, makanan khas dll.
Sebenarnya tujuan cuma 1 di kediri. Aku ingin mengunjungi gua maria puhsarang.
Lalu aku mulai bergerak mencari penginapan dan rental motor + drivernya.
Setelah posting di beberapa group FB, akhirnya ada orang yang bersedia membantuku selama di kediri. Pemuda bernama Nico. Nanti saja kita membahas pemuda itu.
Pasti kamu bertanya-tanya, kenapa aku ingin sekali ke puhsarang.
Aku hanya mengikuti hatiku. Sebenarnya aku juga tidak tahu pasti. Yang membawaku kesana hatiku atau hanya sekedar inginku saja.
Aku hanya ingin berdoa disana dan bilang. "Tuhan, aku lelah".
Kamu masih ingatkan diorama? Cerita yang lalu. Cerita tentang gift.
Jika memang itu sebuah hadiah buatku, bantu aku untuk menerima dan mengelola itu.
Tapi jika itu hanya sebuah kebetulan, jangan lagi ada intuisi-intuisi yang membuatku kacau.
Sesampainya di puhsarang. Muncul pertanyaan yang membuatku gelisah.
"Untuk apa saya jauh-jauh kesini hanya untuk sekedar berdoa, bukankah berdoa bisa dimana saja". Mendadak hilang semangat yang saya ciptakan dari beberapa bulan sebelumnya. Walau begitu saya tetap mendaraskan satu putaran rosario.
Nico menawarkanku untuk berkeliling gua maria, melihat tempat jalan salib, kuburan para uskup dan 3 salib.
Aku menolaknya dengan jawaban tidak usah.
Aku kembali berpikir, apakah perjalanan ini akan membawa ku pada sebuah tujuan atau hanya sekedar serangkaian kebetulan. Kita tidak pernah akan tahu untuk itu.
Diorama, liburan ku kali ini hanya berpindah tidur dari satu kota ke kota yang lainnya. Dari kereta satu ke kereta yang lainnya. Dan aku sangat menikmati itu. Menikmati sendiri. Walau ada 1 hari dimana aku bersama dengan teman-teman yang lain.
Liburan kali ini aku jadi mengetahui kalau ternyata di jogja ada hotel dengan hitungan jam (checkin anytime), ada trijek (trip by ojek) dan ada nico yang siap membantu 😀.
Baik Diorama, mari kita mulai membahas pria yang bernama nico.
Pria dengan umur 25 tahun, yang katanya kuliah sudah 6 tahun tapi belum lulus juga. Pria yang penuh semangat jika berbicara.
Aku tahu setelah kita ngobrol banyak (lebih tepatnya dia yang bercerita lebih banyak). Pria yang sangat menghargai teman bicaranya.
Aku baru bertemu dengan orang yang tidak pernah melihat / memegang hp ketika sedang berbincang. Padahal notif di hpnya sering berbunyi.
Orang yang sangat ramah menurutku, humble dan bersemangat. Dia menjelaskan sebagian kecil kepadaku tentang kediri, tentang masyarakat disana. Sesekali dia menjelaskan tentang pemikiran dan pendapatnya mengenai pemerintahan, budaya, pendidikan dan pribadinya.
Malam pertama di tutup dengan makan pecel tumpang dan sate bekicot. Sate bekicot tekstur dan rasanya hampir mirip dengan kerang.
Aku diantarkan kembali menuju hotel. Aku sendirian lagi di kamar hotel tanpa jendela. Ya.. aku sangat menikmatinya. Tapi aku sempat berpikir seandainya kamu ada di sini, di sebelahku.
Keesokan harinya aku membatalkan janji dengan nico yang akan mengantarkan aku ke kelud dengan alasan ingin meneruskan tidur. Sebenarnya itu hanya alasan saja. Yang sebenarnya adalah aku hanya ingin sendirian.
Diorama, tahukan kamu. Ketika aku berbincang dengannya malam itu aku merasa bercermin. Aku seperti berbicara pada diriku sendiri.
Walau tidak banyak interaksi yang kami lakukan.
Jakarta-Jogja-Kediri-Malang-Jogja-Jakarta. Hampir 40 jam aku habiskan di atas kereta. Yang memberikanku pengalaman yang berbeda.
Semoga perjalanan kali ini mengembalikanku pada keseimbangan mind, body and soul.
Tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini, kita hanya perlu belajar dari sebuah perjalanan.

Komentar