10 Jam
Selamat dini hari diorama. Bagaimana keadaan jiwa mu?
Berharap kamu selalu bahagia, kalaupun tidak berhagialah tetap sekalipun itu adalah luka.
Bolehkah aku membagikan kebahagiaanku kepada seluruh dunia?
Mungkin bagi mereka itu biasa saja, atau bahkan ada yang menganggap itu berlebihan. Tetapi apapun tanggapan mereka, aku tetap ingin berbagi. Karena aku tidak bisa menampung ini sendiri. Ingin meledak rasanya.
Mari kita mulai kisah 10 jam itu.
Walau sebenarnya itu hanya perkiraan. Mungkin kurang atau mungkin lebih, tapi itu sudah lebih dari cukup
Kita bertemu di suatu tempat, tempat dimana pertama kali kita pergi bersama.
Apakah kamu ingat diorama?
Aku rasa tidak.
Kamu mau mendengar kisah itu ku ceritakan lagi? Aku masig ingat betul kejadian itu bahkan sampai hal terkecilnya.
Aku ingat setelah kita jabat tangan pertama kali, kita berjanji esok hari kita akan pergi bersama ke suatu tempat. Tempat yang rute angkutannya aku tahu bisa di bilang aku jadi guide kamu kala itu.
Kita berjanji bertemu esok pagi di sebuah terminal kira-kira pkl 06.00. aku sampai terminal tsbt pkl 5.10 aku menunggu mu dari matahari belum muncul sampai matahari tersenyum indah.
Sudah pukul 06.30 kamu juga belum sampai. Jika dalam 15 menit kamu tidak juga sampai maka aku akan meninggalkan mu. 10 menit kemudian kamu datang, aku tidak bisa marah karena aku belum begitu mengenalmu. Lalu kita menaiki sebuah bis di bangku 3. Aku ingat posisi duduk kita.
Aku dekat jendela, kamu di tengah lalu orang lain di pinggir.
Kondektur bis keliling untuk minta ongkos, aku kira aku mau d bayarin ternyata tidak.
Lalu kamu mengeluarkan sarapanmu 2 tangkup roti tawar isi cokelat.
Kamu menawariku, tapi aku menolaknya karena aku masig malu.
Dan lalu kamu berbicara banyak yang aku juga tidak terlalu paham, karena kamu berbicara dengan cepat. Aku perlu beradaptasi denganmu karena ini baru 2 kali kita bertemu. Tapi dari pertemuan pertama aku sudah menjatuhkan rasaku padamu.
Aku rasa sudah cukup cerita pertama kita pergi bersama. Aku akan melanjutkan kisah 10 jam kita.
Kita bertemu di tempat pertama kita pergi bersama, ketika kamu datang rasanya senang bukan kepalang. Tetapi aku harus bisa menjaga getaran itu agar tidak terlihat. Aku menjaga sikap agar terlihat biasa.
Lalu saat itu pun tiba kita meninggalkan temepat itu bersama dengan sikap yang masih biasa. Padahal aku ingin berjalan dengan menari bak penari balet. Tetapi itu tidak mungkin aku lakukan, aku tak mau orang curiga.
Kita pergi saat jam makan siang sebelum ketempat tujuan kita mencari makan ke tempat yang kita tidak terlalu paham, kita selalu tersasar jika pergi hanya berdua. Aku rasa itu adalah ritual wajib.
Dalam pembicaraan ketika kita makan kamu berkata kepadaku
"Orang jatuh cinta itu bisa mendadak menjadi bodoh, tapi saya belum melihat kamu seperti itu".
Saya hanya tersenyum dan jika saya mempunyai keberanian untuk bicara saya akan berbisik di telinga kamu "I love you".
Diorama apakah kamu tidak pernah melihat kebodohan kebodohan yang saya timbulkan jika di hadapanmu?
Selesai makan kita kembali ke tujuan awal, dimana kamu menyelesaikan tugasmu dan aku juga menyelesaikan tugasku.
Pkl 18.30 kita pergi dari tempat kita menyelesaikan tugas kita masing-masing. Niat mencari makan di tempat tujuan pertama tapi tidak jadi karena kamu bilang tidak ada parkiran. Lalu kita berniat mencari makan malam di mall terdekat. Lagi- lagi kita tersasar walau memakai google map, itu di karenakan aku salah memasukan tempat tujuannya.
Kita muter-muter di kawasan elit dengan rumah - rumah mewahnya. Walau rumahnya besar tapi sunyi. Mungkin para penghuni rumah tersebut memang membutuhkab keheningan.
Sampai pada akhirnya kita makan di tempat makan pinggir jalan. Samapi ada kejadian lucu, pada saat kamu ingin naikin kaki kamu ke pijakan di bawah meja kamu menginjak kakiku. Lalu kamu mengintip ke bawah. Setelah itu kamu berkata sambil mendorong kakiku dengan kakimu "kalo jadi cewe itu duduknya yang rapet". Aku hanya tertawa hahahahaha..
Tepat pkl 20.00 kita meninggalkan tmpt makan tsb.
Kondisi jalanan ternyata sangat macet.
Selama perjalanan kita membahas dari hal serius, tentang negara, hal ga jelas, bersenandung senandung kecil.
Hingga pada satu waktu radio memperdengarkan lagu raisa "usai disini" pada saat reff aku bernyanyi sepenuh hati, entah suaraku bagus atau tidak didengarnya aku tidak peduli.
Aku berpikir di lagu tersebut dia tau kapan harus berhenti dan dia tau sampai kapan dia harus menunggu.
Sedangkan aku entah sampai kapan mau seperti ini, walaupun sebenarnya aku berhak untuk mengakhirinya karena aku hanya bermain dengan perasaanku sendiri.
Dengan entengnya kamu bilang sambil mengganti chanel radio itu "muka saya jadi gatel denger kamu nyanyi, ganti aja ya kasian kamunya soalnya disini lagu cinta semuanya nanti kamu jadi sedih"
Kamu itu orang paling tidak sopan ya Diorama, lagi enak2 nyanyi kok di ganti.
Di tengah perjalanan kira2 pkl 21.00 telpon genggammu berdering, wanita mu menelpon menanyakan posisi mu. Kamu menjelaskannya dan kamu juga menyebut namaku jika kita dalam mobil yang sama.
Aku tidak tahu, apakah wanita mu itu cemburu atau tidak.
Mungkin kamu sudah lelah jadi kamu banyak marah2nya, banyak ngedumelnya.
Kuping aku capek dengerin itu.
Ketika radio menyiarkan lagu sheilaon7 aku kembali berteriak teriak Om Duta... Om Duta... Lalu dengan isengnya kamu nurunin kaca jendela di tempatku.
Lalu aku berkata kepadamu seandainya om duta nyanyi ini di depan ku. Kamu hanya tertawa terpaksa untuk menaggapi kalimat ku itu.
Tadinya kamu ingin mengantarku sampai depan rumah, tapi aku menolaknya karena ini sudah larut kamu akan semakin malam sampai rumah mu.
Jalan tengahnya adalah aku meminta untuk di turunkan di tmpt sebelum dia masuk tol. Dan dia bilang saya tungguin kamu sampai kamu dapet ojek.
Aku tidak menjawabnya, hanya mengucapkan terima kasih dan berlalu pergi.
Kamu memenuhi ucapanmu, ketika aku sudah mendapatkan ojek aku melihat mobil mu baru akan beranjak, menyalakan sein kanan lalu beranjak pergi dari tempat itu.
Belum berakhir sampai di situ, tidak lama setelah aku sampai rumah dia mengirimkan pesan melalui whatsapp yang menanyakan apakah aku sudah sampai atau blm.
Aku menjawabnya sudah dan menagatakan terima kasih banyak.
Tadinya ingin di tambahkan maaf sudah merepotkan dan maaf sudah bikin kesasar.
Diorama, kenapa kisah yang tercipta selalu di dalam mobil. Tidak bisakah kita menciptakan kisa kisah yang lainnya di luar mobil?
Terima kasih untuk 10 jam kala itu, semoga masih ada jam jam berikutnya untuk kisah selanjutnya.
Komentar
Posting Komentar