Dewasa

Selamat malam Diorama.
Mungkin ini masih terlalu sore untuk menyapamu dalam imajinasiku.
Bagaimana keadaan jiwamu saat ini?
Bagaimana dan apapun keadaan jiwamu, aku akan membahas kita disini.
Kita tinggalkan dulu sang "pacar".
Bisa aku mulai kisah kita?

Beberapa hari lalu kita kembali berjanji untuk bertemu, setelah hampir 2 minggu kita merasa asing.
Maaf jika aku yang memulai mengasingkan diri, aku mencoba untuk menjauh. Aku kira kamu tidak akab sadar akan hal itu. Tapu ternyata kamu juga semakin menjauh.
Aku menjadi takut, aku takut kita akan lupa pada kita.
Apakah kamu bertanya kenapa aku berubah. Mungkin tidak terpikir oleh mu akan pertanyaan itu. Tapi aku akan tetap menjelaskan perubahan tersebut agar kita tidak saling menerka.
Terlalu banyak rasa yang ku pendam tentang mu, dari hal yang membahagian sampai dengan hal yang menjatuhkan. Aku ibarat gudang bom, yang hanya tinggal meunggu ledakannya. Dan pada saat itu aku merasa meledak. Ledakan itu yang membuatku sadar sekaligus sakit.
Apa yang bisa aku harapkan dari orang sepertimu. Aku marah kala itu, marah pada diriku sendiri. Marah pada keadaan. Lalu terciptalah keputusan konyol itu. Keputusan untuk menjauh darimu, menganggapmu tidak ada. Tapi lagi lagi hal itu menyiksaku membuatku frustasi, membuat mood ku berubah dengan cepat.
Kamu tak lagi menyapaku kala itu, kamu pun melakukan hal yang sama terhadapku. Dan itu membuatku gila.
Aku kembali berpikir cara untuk menyudahi ini. Aku harus berbicara dengan mu tanpa kamu sadari. Cuma dengan cara itu kita bisa merubah kondisi ini.
Dan pada akhirnya waktu itu tiba. Kita berjanji untuk bertemu pada pukul 7 malam.
Kita bertemu di tempat pertama kali kita bertemu. Lalu kita melanjutkan perjalanan menuju rumahku.
Sesampainya di dalam mobil aku teringat keinginanku yang tidak penting itu.
Apakah kamu tau keinginanku itu Diorama?
Aku ingin sekali duduk di sebelahmu di dalam mobilmu. Hanya ada kau dan aku. Dan itu terjadi.
Aku ingin berpesan kepadamu Diorama, hati hatilah dengan keinginanmu. Karena Tuhan akan mewujudkan semua keinginanmu.
Seperti biasa yang kita lakukan ketika dalam perjalanan, kamu bercerita dan aku sebagai pendengar. Tapi kali ini aku merasa aneh. Aku merasa menjadi wanita dewasa, dan merasa menjadi satu level dengan mu. Tidak lagi seperti fans dengan idolanya. Aku bahagia dengan hal itu, dan satu lagi Diorama, aku merasa naik satu tingkat, dari pendengar yang baik dan belajar menjadi penyimak yang baik.
Sejenak kita menepi untuk mengisi sekedar mengisi perut dan berbincang.
Aku merasa kali ini perbincangan kita sangat berkualitas. Berbeda dengan pertemuan-pertemuan kita sebelumnya. Kamu begitu antusias dengan impian dan cita2 mu. Kamu tidak lagi membicarakan soal kaya. Sampai saat kamu menyentuh tanganku dan berkata "ingatkan saya jika saya sudah mulai tidak fokus". Aku hanya tersenyum, tidak tahu caranya untuk mengingatkan kamu jika kelak akan seperti itu.
Lalu kita kembali melanjutkan perjalanan, aku memang memilih untuk banyak diam.
Mugkin kamu tidak nyaman dengan keheningan yang ada. Lalu kamu bertanya sebuah pertanyaan yang membuatku terkejut "kamu capek tidak dengan hidupmu?"
Reaksi pertamaku untuk pertanyaan itu adalah tertawa, dab kembali bertanya kepadamu
"Kenapa kamu menanyakan hal itu?"
Kamu hanya tersenyum tanpa menjawab.
Lalu aku kembali bertanya kepadamun" ya, kenapa kamu menanyakan hal itu kepadaku?"
Akhirnya kamu hanya menjawab "ya, hanya ingin bertanya saja"
Lalu aku menjawab "tidak"
Syukurlah kalo tidak, itu katamu.
"Kalo saya capek, hidup saya selesai"
"Bukan selesai juga, mungkin kamu butuh menepi".
Lalu kita sama2 terdiam, aku hanya sedang mencari kata2 yang tepat untuk menaggapi kamu.
Aku kembali membuka suara.
"Saat ini saya lagi banyak belajar, saya lagi lebih melihat diri saya. Ya mugkin ga penting, sampai2 saya membuat jurnal diri".
Kamu tertawa pelan mendengar ucapan saya.
"Saya lagi berusaha untuk belajar dari sebuah perbincangan, dari sebuah situasi. ga penting ya?"
"Bukan ga penting juga" itu katamu.
Lalu kita kembali sama2 terdiam. Hening. Yang terdengar hanya nyanyian dari cd yang kamu pasang.
Untuk memecah keheningan, aku mengikuti nyanyian tersebut. Lalu kamu pun ikut masuk dalam alunannya dan kita bernyanyi bersama. Hal yang belum pernah kita lakukan sebelumnya.
Sampai pada tempat kamu mengantarku, kamu kembali bertanya
"Aku tunggu ya?"
"Tidak usah, kamu pulang saja."
"Tidak apa2 kalo aku tinggalin?"
"Tidak apa2, terima kasih"
Mobil mu pun melaju meninggalkan tempat itu.
Diorama, ada hal yang sesungguhnya tidak aku ceritakan kepadamu.
1 minggu sebelum pertemuan kita, dan sebelum kamu bercerita tentang impian dan rencana masa depanmu, aku memimpikannmu. Ketika bangun tidur aku hanya berucap dengan kesal "ribet banget sih manusia yang satu ini". Kenapa aku kesal Diorama? Karena di dalam mimpi itu kamu terlihat sibuk, pusing, bingung, ribet, repot, menemui banyak orang, di kelilingi banyak orang. Dan aku hanya sebagai "penonton". Akan tetapi kamu mengambil energiku banyak, dan membuat aku lelah saat bangun tidur.
Dan 1 hal lagi, saat kamu bertanya "apakah kamu capek dengan hidupmu?" Sesungguhnya akun ingin menjawab. Aku tidak capek dengan hidupku, aku hanya lelah dengan instuisiku. Mungkin kelak di pertemuan2 kita berikutnya kita bisa membahas tentang intuisi tersebut.

Diorama ada hal konyol yang ingin aku katakan kepadamu. Pada saat kamu memintaku untuk bertemu, rasa di dalam sini camput aduk. Yang aku rasakan adalah antara senang, takut, bingung, bodoh. Aku ingin teriak, menjerit, tertawa.
Satu hal yang aku takutkan adalah jika nanti kamu bertanya kepadaku "kamu kenapa?".
"Kenapa kamu berubah?"
Tidak mungkin aku menjawab dengan jujur di hadapanmu. Aku hanya tidak mau kamu mengetahui yang sesungguhnya.
Jikapun itu terlontar dari mulutmu aku akan menjawab.
"Ini semua hanya soal rasa. Saya bermain dengan rasa sendiri, yang membuat saya menjadi seperti ini. Maaf jika efeknya ke kamu."
Diorama, aku ingin menyudahi rasa ini. Karena ini hanya sebuah kesia-siaan belaka. Aku hanya akan menyakiti diriku sendiri.
Dan ternyata kamu tidak bertanya tentang hal itu. Maaf untuk pikiran konyolku. Tidak mugkin pria dewasa akan bertanya tentang hal tersebut.
Kamu tahu Diorama, bentuk pengalihan terhadapa dirmu adalah sang "pacar".
Sang "pacar" yang sudah aku ceritakan sebelumnya.
Aku rasa ini cukup untuk menjadi pengingat kita.
Semoga kita bisa kembali seperti biasa lagi. Bukan kita yang dekat hanya ketika kita berdua.
Terima kasih untuk tumpangannya
Terima kasih untuk makan malamnya
Terima kasih karena aku orang yang kamu pilih bercerita tentang impian2 masa depanmu
Terima kasih untuk nasehatnya
Terima kasih untuk pertanyaan yang mengejutkan itu.

Komentar