Tuan Terkasih
Selamat ulang tahun, Tuan. Maaf telat 1 minggu. Sudah 41 tahun sekarang. Tidak lagi muda, juga belum terlalu tua. Kata orang, umur segitu lagi rawan-rawannya, semoga Tuan tidak tergoda melihat yang lebih muda.
Maaf lagi, karena saya tidak menyampaikannya secara langsung atau melalui pesan text. Tahun ini saya berhenti mengucapkan suka cita atau belasungkawa melalui pesan text. Jika pun saya lakukan itu karena terpaksa atau karena memang orang yang spesial.
Tidak... Tidak... Bukan tuan tidak spesial. Tapi, karena tuan sangat spesial buat saya, maka saya menuliskannya di sini biar semua orang mengetahui jika tuan selalu ada dalam tiap doa saya.
Bagaimana rasanya berumur 41 tahun? Sudahlah, tak perlulah dihitung-hitung. Jalani dan nikmati saja, bukan?
Tuan, saya ingin memberimu kado ulang tahun. Sebuah cerita yang mungkin absurd.
Pandemi ini membuat saya banyak berpikir dan banyak bertanya ke dalam diri. Lalu, tiba-tiba ada keinginan saya untuk menikah.
Pada akhirnya saya merasa perlu menikah. Tapi, masih mencari tujuan saya menikah karena takut ini hanya keinginan sesaat.
Pasti tuan bertanya-tanya, kenapa tiba-tiba saya ingin menikah.
Ternyata saya menyukai seseorang selain tuan. Dia melakukan apa yang dulu saya impikan. Apa yanh saya inginkan dan saya impikan dulu, ia sedang dan telah melakukannya.
Saya ingin menjadi pendampingnya. Tapi, apakah benar yang saya inginkan itu? Menikahinya hanya karena orang tersebut melakukan impian saya.
Ini bukan cuma benar atau salah. Bahkan yang paling gila adalah, ia tidak mengetahui saya.
Stop! Tuan, jangan tertawa atau geleng-geleng kepala.
Pandemi ini membuat saya hampir gila. Mungkin, tiba-tiba ingin menikah juga karena saya sudah menjadi gila. Saya hanya ingin bercerita dan didengar. Tidak lebih.
Sekali lagi selamat ulang tahun tuan yang saya kasihi.
Komentar
Posting Komentar