Hai, Ini Saya
Hai,
Ini saya, bukan Senja, Lintang, ataupun Diorama. Ini saya yang sedang tidak baik-baik saja. Bukan pengumuman atau cuma cari perhatian. Saat ini kondisi saya tidak sedang baik-baik saja. Emosi saya sedang tidak stabil, keadaan jiwa saya sedikit lebih membutuhkan perhatian.
Beberapa waktu lalu saya didiagnosis mengalami gangguan kecemasan, depresi, dan low self esteem. Bagaimana saya bisa seperti itu?
Saya memberanikan diri untuk konsultasi ke psikolog setelah saya merasa ada yang tidak beres. Pada bulan Juni kondisi saya memburuk. Saya sering menangis tanpa sebab. Emosi saya naik turun. Saya berencana membuat alat untuk menyakiti diri kelak. Ya… saya ingin menyakiti diri untuk mengalihkan rasa sakit yang entah ke rasa sakit yang nyata. Saya ingin berteriak tapi tidak bisa, bukan karena takut di dengar orang, tapi memang benar-benar tidak bisa berteriak. Terlalu malas untuk membuka mulut bahkan untuk mendengar suara sendiri. Saya ingin menagis meraung tapi hanya air mata yang menetes dengan rasa sesak di dada. Pelarian saya adalah alkohol. Hampir setiap malam, satu sampai dua gelas saya habiskan.
Bagaimana saya menjalani hari?
Saya pernah ada di kondisi, kesal ketika mengantuk. Saya tidak ingin tidur. Saya tidak ingin hari esok cepat datang. Ketika sudah tidur, saya enggan untuk bangun dan memulai aktifitas. Tapi, setelah saya bertemu orang di kantor. Saya akan seperti biasa. Saya suka bekerja, membuat kepala saya tidak memiliki tempat untuk kesedihan. Tapi, ketika saya diam, saya bisa kembali menangis di depan monitor.
Setelah saya konsultasi dengan psikolog dan yang saya sadari, ternyata kondisi ini sudah sangat lama. Sudah dari kecil saya lebih senang merusak barang atau menyakiti diri ketika saya tidak bisa melawan atau kesal dengan orang lain. Saya tidak akan terang-terangan melakukan itu. Saya akan masuk kamar menutup pintu, lalu melakukannya. Setelah selesai, saya akan keluar seperti biasa.
Akhir-akhir ini saya juga baru menyadari, ada luka yang ternyata belum sembuh. Ada dendam yang ternyata msih tersimpan rapi. Dan ada saya yang ternyata rapuh.
Lalu, apa yang mentriger saya sehingga saya seperti ini? Saya juga belum tau pasti karena masih mencari dan mengurai apa yang terjadi. Yang pasti di tahun 2020 saya pernah terpikir untuk bunuh diri dan memikirkan cara bunuh diri yang tidak menyakitkan. Bukan karena tuntutan atau tekanan dari keluarga, pekerjaan atau ekonomi. Tapi, tampungan saya tidak cukup untuk sampahnya orang lain, yang pada akhirnya saya merasa tombol off saya menyala, yang membuat saya berubah seperti robot. Manusia yang tidak punya perasaan/ emosi.
Untuk kamu yang mungkin akan melihat saya tiba-tiba nangis. Padahal sebelumnya kita masih asyik tertawa atau sedang membahas pekerjaan atau bercerita ngalor ngidul. Tidak apa-apa. Biarkan saja menangis. Tidak usah dipedulikan karena saya sedang berjuang untuk mengerti sebuah kesedihan yang tiba-tiba datang.
Komentar
Posting Komentar