Mas

Panggil saja dia Diorama
Pria dengan kisaran usia kepala tiga.
Tinggi kira2 180 cm. Berkulit sawo matang, dengan mata tidak terlalu besar, hidung mancung, senyuman menarik dan kadang2 berkumis tipis.

Ya, kumis tipis hanya sesekali menghiasi wajahnya dan itu yang membuatku tertarik dan aku menyebutnya pria berkumis tipis

Pria dengan karakter yang supel, cerdas, baik, dan berisik.

"Perkenalkan saya Diorama"
"Senja" jawabku.
Sambil berjabat tangan untuk berkenalan.

Ada yang terbawa olehnya setelah jabat tangan itu. Hati ku terbawa olehnya.
Aku jatuh cinta padanya, pada Diorama sejak pertama bertemu.

Mungkin terdengar mengada-ngada. Tapi nyatanya seperti itu.

Diorama akan menjadi nyata ketika berada dalam mimpiku. Dan menjadi mimpi dalam kenyataan yang ada.

Diorama yang selalu menguatkan aku dengan menggenggam tanganku.
Diorama yang selalu mendukungku dengan senyuman dan genggaman tangan.
Tapi itu dia lakukan hanya ketika dia berada dalam mimpiku, bukan dalam nyataku.

Dalam nyataku dia hanya sebatas mimpi. Walau demikian aku cukup bahagia dengan semua itu.
Dalam nyataku dia hanya sebatas senyuman. Walau demikian itu sudah lebih dari cukup untuk melalui hari hari ku.
Dalam nyataku, aku selalu salah fokus jika berbicara dengannya jika kumis tipis mulai menghiasi wajahnya.

Salah satu hal yang ingin aku lakukan baik itu dalam mimpi ataupun dalam nyata adalah memanggilnya dengan mas.



Komentar