"Gift"

Hai Diorama..

Bagaimana keadaan jiwa mu?
Sudah lama aku tidak menyapa mu.
Aku terlalu sibuk dengan inginku. Dan aku terlalu sibuk untuk menyusun rasa yang kembali berantakan.
Seperti biasa, aku akan memulai dengan sebuah pertanyaan.
Apakah kamu percaya akan "gift"?
Setiap orang di berikan kemampuan yang berbeda.
Setiap orang memiliki sikap yang berbeda untuk menerimanya.
Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda.
Setiap orang harus menerima yang sudah di berikan.
Walau bisa di bilang itu sebuah paksaan.
Diorama. Ada rahasia besar yang ingin ku ceritakan kepadamu.
Mungkin ini akan sedikit meringankan beban dan rasa sesakku.
Aku tidak memintamu untuk percaya.
Aku hanya memintamu untuk mendengarkan dan tidak bertanya.

Diorama, aku tidak tahu apakah ini sebuah "gift" atau hanya kebetulan semata. Sampai saat ini aku menyebutnya sebuah kebetulan.
Walaupun kebetulan2 itu kerap terjadi.

Diorama, aku takut di juluki sebagai pembual. Aku takut orang menganggapku mengada-ngada.

Aku tidak tahu apakah aku harus berterima kasih ataukah menyesal akan "gift" ini.
Lama-lama aku menjadi takut.
Semoga aku tidak menjadi gila.

Diorama apa yang akan kamu lakukan jika kamu akan mengetahui kematiam seseorang?
Jika kamu mempunyai intuisi aneh terhadap orang yang kamu kenal. Yang kamu sendiri tidak tahu harus berbuat apa.
Saat semua mimpimu burukmu menjadi kenyataan.
Itu terjadi nyata di depan matamu.
Saat kamu tahu akan ada lagi orang yang kamu kenal akan pergi, walau itu random.
Tapi kamu tahu kalo kamu akan kehilangan.
Peringatan seperti apa yang akan kamu berikan kepadanya.
Aku sedih bukan karena kepergiannya. Tetapi aku sedih karena aku tidak bisa memperingati orang tersebut.

Beberapa hari lalu temanku pergi. Terjadi sama persis seperti mimpiku 2 tahun lalu. Saat aku sendiri tidak mempercayai mimpi itu. Dan sudah melupakannya.
Beberapa hari lalu aku mendapat kabar duka itu. Dengan kronologis kepergiannya.
Dan aku seperti di bawa kedalam mimpi 2 tahun lalu.
Sebelum kepergiannya, aku ingat sekali di atas ojek 3 hari sebelum kepergiannya. Aku hanya membatin, siapa lagi yang akan pergi? Dan aku abaikan intuisi itu.

Aku mempunyai intuisi yang sulit aku jelaskan.
Aku mempunyai intuisi akan kepergian seseorang.
Aku tahu wajah2 orang yang akan pergi. Walau tidak terlalu yakin. Karena aku tidak ingin meyakinkan diriku. Aku menyangkal rasaku.

Lama-lama aku takut, Diorama.
Saat kematian membayang bayangi hidupku.

Aku belum bisa mengelola rasa itu. Aku belum bisa mengelola "gift" itu.

Jika intuisi itu benar-benar terjadi. Aku akan menjadi kacau sendiri. Menjadi sesak, menjadi penuh. Ingin pecah.
Aku tidak tahu aku harus berbuat apa agar kekacauanku teralirkan. Agar menjadi lega.
Yang aku lakukan agar aku tidak terlalu kacau adalah menganggap itu hanyalah sebuah kebetulan belaka.
Paling tidak itu sudah bisa meringankanku.

Diorama, bantu aku untuk bisa membuat ini menjadi lebih ringan.

Komentar