Resensi Cerpen
Judul: Macan Lapar
Oleh: Danarto
1. Situasi yang menarik
- Pada suatu hari di siang yang panas, ketika saya dan Nug selesai jumatan di Masjid Gede, lalu bergabung dengan Ning, Nong, dan ibunya anak-anak untuk menikmati tengkleng, semacam sop tetelan daging sapi atau kambing khas Solo di gerbang Pasar Klewer, tiba-tiba menghambur John di sela kerumunan orang yang antre tengkleng,
- Lepas ashar di gerbang Keraton Susuhunan, sejumlah orang berkumpul: John, Fafa, mas Rahayu Supanggah (komponis), mas Modrik Sangidu (aktivis), Sadra (komponis), Slamet Gundono (dalang), Suprapto Suryodarmo (guru spiritual), dan pak Jokowi (wali kota Solo) sedang berharap-harap cemas sambil mencereng menatap jalanan. Kami semua diundang John untuk menerima kejutan
- Mendadak muncul seorang gadis yang berpakaian lengkap mengesankan seorang penari. Kami terperangah melihat gaya jalannya yang Macan Lapar. Ketika pinggul kanan mencuat ke samping, pundak kanan tertarik ke belakang, sedang pundak kiri mencuat ke depan. Begitu bergantian. Sungguh cara berjalan yang menggetarkan. Langkah yang pelan, yang pasti, yang terkonsentrasi penuh. Namun gaya ini—sekali lagi–tulen.
- Belakangan pak Jokowi melakukan rapat maraton dengan para budayawan Solo untuk membahas tentang rencananya melakukan revitalisasi gaya melenggok ala Macan Lapar ini. Kota Solo diyakini menjadi satu-satunya kota di dunia yang punya gaya berjalan putri-putrinya yang elegan itu.
2. Perawakan
- John adalah seorang arkeolog.
- Putri Solo yang gaya berjalannya seperti Macan Lapar,
- Eko, seorang penari dari Solo
- Menurut Fafa, gaya berjalan Macan Lapar adalah gaya berjalan yang bertumpu pada pinggul dan pundak. Jika melangkah, sebagaimana orang berjalan, pinggul kanan berkelok muncul keluar dari garis tubuh, maka pundak kiri lunglai ke depan.
- ia menginap di rumah saya di bilangan Notosuman, bertetangga dengan kedai Srabi Notosuman yang termasyhur itu.
3. Karakter
- Eko menyarankan supaya John menikah dengan gadis Solo saja. Di samping gemi, nastiti, ngati-ati (irit, terperinci, berhati-hati),
- Waktu itu ia masih berusia 23 tahun, sedang giat-giatnya menjaring ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya.
-
4. Percakapan
- “Saya sudah dapat si Macan Lapar.”
- KETIKA saya membaca SMS dari sahabat saya William John dari California bahwa ia akan datang ke Solo untuk mencari Putri Solo yang gaya berjalannya seperti Macan Lapar, saya terbahak. Ketika ia melanjutkan SMS-nya bahwa jika ia tidak menemukan seorang Putri Solo yang Macan Lapar itu, dalam bahasa Jawa: Macan Luwe, berarti saya menyembunyikannya.
- Sebaliknya saya mengancam, jika ia main-main saja dengan Putri Solo, misalnya mengajaknya kumpul kebo, saya akan melaporkannya ke Presiden Obama.
5. Logika Cerita (Menggamabrkan alur cerita dengan singkat)
- Cerita ini di mulai dari seorang profesor yang sedang mencari istri. Ia menginginkan istri yang berjalannya seperti macan lapar.
- Wanita yang gaya berjalannya seperti macan lapar adalah putri yang berasal dari solo. Lalu, ia menghubungi teman lamanya saat masih melakukan penelitian dulu. Ia meminta temannya itu untuk menemaninya mencari putri solo dengan gaya berjalan seperti macan lapar.
- Dan pada akhirnya pencarian berbuahkan hasil. Ia menemukan seorang wanita dengan gaya berjalan seperti macan lapar di keraton. Wanita itu bernama Intan Paramaditha
Komentar
Posting Komentar