Sejenak (Part 5)
Diorama memicingkan mata melihat aneh ke arahku yang sedang berjalan mendekatinya. Ia duduk di lobi hotel dekat pintu masuk.
"Sudah siap?" Ia mengulum senyum seperti ingin meledek.
Aku mengangguk.
"Yakin?" katanya lagi.
"Iya! Ayo berangkat."
"Dengan pakaian seperti ini? Gaun selutut berwarna oranye, topi bucket polkadot, dan sendal jepit berwarna hitam?" Ia kembali menegaskan apa yang aku gunakan.
"Kamu tidak suka?" tanyaku penuh ragu.
"Kamu terlihat lebih perempuan dari biasanya, walau bertabrakan." Ia menggandeng tanganku menuju parkiran.
Mobil sewaan meninggalkan parkiran melintasi kota yang jalanannya tidak terlalu padat. Ia memutar lagu Collin Raye yang berjudul in this life. Aku bersenandung keras melafalkan lirik-lirik lagu penuh perasaan.
"For all I've been blessed in this life
There was an emptiness in me
I was imprisoned by the power of gold
With one honest touch you set me free"
There was an emptiness in me
I was imprisoned by the power of gold
With one honest touch you set me free"
Diorama melanjutkan bernyanyi karena aku tidak ingat lirik selanjutnya,
"You were the treasure I longed to find
Without your love I would be lost"
Without your love I would be lost"
Aku terdiam mendengar lirik yang ia nyanyikan. Tangannya menggenggam erat tanganku tanpa melepaskan pandangannya dari jalanan.
Perlahan aku melepaskan genggamannya, walau sejujurnya aku senang ia melakukan itu. Ia tersenyum dan menoleh sesaat ke arahku. Ia menarik perlahan dan membawa tanganku di atas pahanya.
Secepat kilat aku tarik kembali tanganku. Ia tertawa, "Jangan berpikiran mesum," katanya di sela tawa.
"Yakin kamu mau bikin tato?"
"Iya. Kamu udah pilih tempat untuk dipasangin tato, kan?" tanyaku bersemangat.
"Di dekat jari ....." Kata-katanya menggantung. Ponselnya berdering, nama Seruni muncul di layar. Aku mengalihkan pandangan, melihat ke sebelah kiri.
Diorama mengelus lembut kepalaku, membuat aku merasa bersalah.
Komentar
Posting Komentar