Apa Kau Bahagia?
Hai, Tuan. Beberapa waktu lalu, sebuah pertanyaan tahunan muncul di kepala saya. Apa yang kamu syukuri di tahun ini? Kematian bapak. Saya rasa jawaban itu sangat kontoversi. Mungkin saya akan dianggap sebagai anak yang durhaka. Tapi, apa peduli saya dengan pendapat orang lain. Kau tahu, tuan, apa alasan saya memilih itu untuk hal yang saya syukuri? Karena dia tidak lagi merasa tidak berdaya dengan tatapan tanpa harapan. Menurut saya, hal paling menyakitkan dalam hidup adalah merasa tidak berdaya, bahkan untuk melakukan hal-hal kecil. Atau mungkin itu hanya asumsi dan pembenaran dari keegoisan saya, dari ketakutan saya, dan dari rasa sedih yang enggan saya rasakan lebih lama. Lalu, apakah saya bahagia dengan itu? Tentu tidak. Tapi, ada perasaan lega dan kesedihan berbeda yang saya rasakan bersamaan. Mungkin kau juga bertanya-tanya, jika saya merasa bersyukur akan hal itu, lalu kenapa saya bersedih. Ada hal yang belum sempat saya tanyakan kepadanya. Apa kau b...