Bertahanlah Selama Yang Engkau Mau
Dear Bapak,
Saya tahu perjalananmu satu tahun belakangan ini sangat menyakitkan. Hal-hal yang tidak pernah kita duga sebelumnya ternyata harus kita hadapi bersama-sama.
Kita sama-sama awam akan hal ini. Melakukan yang tidak pernah sebelumnya. Bolak-balik UGD. Bertemu dokter sana-sini. Istilah-istilah medis yang asing di telinga dan dinginnya lantai rumah sakit ketika menjagamu.
Kadang kita saling kesal perihal sepele. Kau ingin itu tapi kami inginnya ini demi kesehatanmu. Sampai pada akhirnya kita sama-sama belajar, mencoba mengerti perasaan dan peran kita masing-masing.
Memang tidak mudah menjalani peran kita masing-masing. Kau merasakan kesakitan yang teramat banyak dan sering. Sedangkan kami, menghadapi ketakutan yang sangat.
Pak, tubuhmu semakin renta dan kami kadang merasakan lelah. Tapi, dengan melihatmu masih bernapas, kami akan terus berusaha menjaga dan merawatmu.
Pak, saya mungkin akan bersedih ketika kehilangan engkau kelak, tapi yang paling membuat saya takut adalah jika bapak tidak masuk surga. Kemudian saya berpikir kembali, mungkin dengan sakitnya bapak adalah cara Tuhan membersihkan dosa yang pernah bapak buat.
Karena ketakutan bapak tidak masuk surga. Saya belajar manjadi anak yang baik. Katanya anak baik bisa mendoakan bapaknya dan meringankannya kelak di sana.
Pak, pada akhirnya kita ikhlas menjalani ini semua. Walau terkadang kita masih suka saling berdebat tentang ini dan itu.
Pak, bertahanlah selama yang engkau mau.
Komentar
Posting Komentar