Boleh Pesan?

 Setelah  merasa membaik, Suar Silentica meninggalkan stasiun. Dibantu ptugas stasiun ia keluar dari pintu barat lalu berbelok ke kanan. Menyusuri remangnya trotoar dan bising kendaraan yang lalu-lalang. Ia berjalan lambat sambil merasakan udara yang dia hirup dan keluarkan. Sesekali ia meraba tangan kirinya dan menarik karet yang melingkar.

Tidak berapa lama berjalan, Suar memasuki kedai yang masih buka. Ia merasa haus dan lapar. Ia kira sudah berjalan samgat jauh, ternyata hanya sejarak kereta sepuluh rangkaian. 

Suar duduk dekat jendela yang terbuka. Separuh wajahnya ia keluarkan. Angin malu-malu menyaa pipinya yang basah oleh keringat.

“Mau pesan apa, Mbak?” tanya pria berpakaian kemeja biru muda dan celana jins hitam. Suar hanya menoleh sebentar, lalu kepalanya ia keluarkan semua dari jendela. Kereta lewat dengan bisingnya. Pria berkemeja itu masih berada di posisi seperti tadi.

Suar melihat-lihat buku menu. Ia tertarik pada satu menu yang menurutnya unik, namanya ‘Boleh  Pesan?’. Ia menunjuk menu itu dan matanya menatap pria di sebelahnya dengan penuh tanya.

“Itu menu spesial yang ada di tempat kami. Jadi kalau mbaknya ingin makan sesuatu tapi tidak ada namanya di buku menu ini, kami bisa membuatkannya. Tapi harus dipesan minimal satu hari sebelumnya karena jika tidak ada stoknya, kami harus membeli dulu.”

Suar mengangguk dan matanya tertuju pada buku menu di meja. Ia memang lapar tapi enggan makan. Ia menunjuk gambar segelas cokelat dingin dan air mineral. Pria itu mencatat pesanan walau Suar tidak berbicara sama sekali. 

Tidak berapa lama segelas cokelat dingin dan air mineral datang. Suar melihat jam. Pukul 23.50. Kenapa waktu cepat sekali sih. Ia merutuk dalam hati. Ia segera berlari, takut ketinggalan kereta terakhir. 

Pria berkemeja biru muda itu membersihkan tempat Suar duduk tadi. Di bawah gelas terdapat selembar uang seratus ribuan dan selembar catatan dengan huruf yang sangat besar ‘BOLEH PESAN?’. Pria berkemeja biru terenyum dan mengeluarkan kepalanya melalui jndela, melihat Suar berlari di perom stasiun mengejar kereta

Komentar