Surat Tuan dan Nona
Dear, nona,
selamat ulang tahun. Saya tidak akan meminta maaf karena telat mengucapkannya. Walau harusnya saya bilang itu dari dua bulan lalu.
Nona, apa yang kau pelajari dalam satu tahun terakhir?
Apakah keadaanmu masih sama ketika aku tinggalkan? Atau, kau sudah menjadi orang yang semakin lebih hidup?
Saya rasa kau sudah semakin matang dalam menjalani proses kehidupan.
Kau ingat percakapan terakhir kita beberapa bulan lalu melalui pesan singkat? Saat saya bilang padamu, hidup tidak adil. Dan kau menjawabnya, "Tidak adil buat siapa? Dari sudut pandang siapa?" Sejak saat itu, pelan-pelan saya meninggalkanmu. Saya percaya kau sudah lebih kuat.
****
Dear, Tuan
Terima kasih, masih mengingat hari ulang tahun saya. Terima kasih jua masih mendampingi saya walau dari jauh.
Tuan, saya rindu. Itu kata pertama yang ingin saya ucapkan. Untuk pertanyaan-pertanyaan tuan, akan saya jawab pelan-pelan, dan tuan bisa menyimpulkannya sendiri.
Tuan, tahun ini saya belajar memaafkan dan melepaskan.
Melepaskan beban yang ternyata tidak saya sadari, yang saya bawa ke mana-mana selama ini.
Kau tahu, proses melepaskan tidaklah mudah. Kau harus merasakan sakit yang lebih dari yang pernah kau rasakan untuk hal yang pernah terjadi. Kau memanggil perasaan itu kembali, dan kau akan merasa hancur.
Proses itu tidak terjadi hanya satu kali tapi berkali-kali. Kau akan hancur berkali-kali berkali-kali. Tapi anehnya, kehancuran itu lama-lama akan membawa kelegaan.
Tuan, kelegaan itu sudah saya rasakan. Jalan saya menjadi ringan. Dan saya lebih mudah untuk memaafkan banyak hal. Benar katamu kala itu, kau menyuruh saya meletakan beban yang ada di pundak. Tapi saya abai dengan kata-kata tuan, karena saya tidak tahu beban apa yang sedang saya pikul.
Tuan, mari kita bertemu
Di suatu saat dan di suatu tempat
Komentar
Posting Komentar