Membuat Pesanan

Namanya Diorama Langit, pria dewasa fase akhir yang kadang kelakuannya seperti bocah. Ia selalu saja bahagia ketika hujan turun. Bahkan, ia mengetahui dengan tepat kapan hal itu akan terjadi.

Seperti sore ini, Diorama datang dengan ke kedai dengan sekujur tubuh yang basah. Air sisa hujan masih menetes dari ujung-ujung rambut. 
"Stop!" teriak Lintang mencegah Diorama memasuki kedai.
Kaki kanan Diorama menggantung di ambang pintu. Lalu, ia mundur perlahan.

Lintang menghampiri Diorama, mendorong tubuhnya pelan. 
"Jangan lewat sini!" ucap Lintang dengan lambat dan penuh penekanan. 
Diorama tersenyum memamerkan barisan giginya yang putih. 
"Oke.. gue ke atas." Diorama ngeloyor pergi menuju kamar atas, yang merupakan kamar Lintang. 

Ketika Diorama mengeluarkan pakaian dari tasnya, gantungan kartu identitas dan dompet hitam kecil terjatuh ke lantai. Ia baru ingat jika ingin mengembalikan barang itu pada pemiliknya. Ia memungutnya dan kembali memasukan ke dalam tas.

Setelah berganti pakaian, Diorama ke bawah menghampiri Lintang yang sedang serius membaca resep di dapur. 
"Serius amat." Diorama menepuk bahu Lintang. 
"Ia, ada pesenan buat ntar malem," jawab Lintang sekenanya. 

Diorama bersandar di dinding dekat pintu. Menyumpal mulutnya dengan rokok. Belum juga korek dan rokok bercumbu di mulut Diorama, Lintang memelototinya. 
"Iya. Iya. Gue keluar. Bawel amat kayak cewek!" kelakar Diorama sambil beranjak pergi

Komentar