(Belum) Pulang
Kali ini tidak ada pelangi sehabis hujan. Suar menatap langit yang perlahan mulai menghitam. Badannya setengah merebah pada kursi berwarna biru dongker depan kaca. Sesekali ia menarik napas panjang dan mengembuskannya bersamaan dengan kekhawatirannya.
Segelas air putih hangat telah menjadi dingin di atas meja bundar. Ia membiarkannya begitu saja setelah meletakan.
"Saya ingin melihatnya sebentar saja," katanya dalam hati. Ada sebersit keraguan muncul membuat Suar gelisah. Ia berkeringat dalam ruangan berpendingin. Jantungnya mulai berdetak tidak beraturan. Dadanya sedikit sesak karena ia merasa oksigen semakin menipis.
Buru-buru Suar meraba pergelangan tangan kirinya dan mulai menarik karet yang melingkar, lalu melepaskan bersamaan dengan tarikan napasnya. Ia tahan rasa perih tiap karet beradu dengan kulit halus kemerahan itu.
Jam pulang kantor belum selesai, Suar berpamitan dengan alasan tidak enak badan. Ia segera memesan taxi online menuju kota yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kantornya kini.
Selama perjalanan, Suar tidak berhenti menarik-lepaskan pelan karet di pergelangan tangannya. Ada noda merah yang menempel pada karet berwarna hijau itu. Setiap menarik karet di pergelangan tangannya ia juga berbisik pelan, rindu.
Taxi online berhenti di depan gang sebuah rumah. Suara azan terdengar lamat-lamat. Suar berpapasan dengan beberapa orang yang terburu-buru ke masjid. Mereka hanya saling bertukar senyum. Langkah Suar terhenti di sebuah rumah berpagar kayu cokelat.
"Tidak banyak berubah," katanya dalam hati. Hanya tidak ada lagi bunga anggrek di meja teras depan. Suar melihat dari balik pagar yang tingginya hanya sebahu.
Dari balik pagar juga, Suar melihat seorang wanita paruh baya berjongkok dan pria renta berdiri sedikit membungkuk berpegangan pada tembok, membelakangi jendela ruang tamu yang gordennya belum ditutup. Pelan-pelan wanita itu menarik turun popok sekali pakai dan menggantinya yang baru.
Sebelum berdiri kembali, wanita itu melihat ke luar jendela. Sesaat mata mereka bertemu. Suar terkejut. Ia berlari kembali ke taxi online yang menunggunya tadi dengan air mata yang coba ia tahan.
"Suar," Panggil wanita itu sambil berjalan keluar. Sesampainya di luar hanya suara jangkrik yang ia dapati. Ia merasa melihat Suar berdiri di balik pagar.
******
"Kita tutup saja, wanita itu sepertinya tidak akan datang," kata Diorama sambil menghisap rokok terakhirnya.
"30 menit lagi. Kalau kau mau pulang, silakan saja." Lintang berkata dengan datar.
Kedai dekat stasiun hampir tutup Lintang dan Diorama duduk berhadapan memandangi kue pesanan wanita kemarin malam.
Komentar
Posting Komentar