Ritual Pecandu hujan
Selama ini aku menolak ajakanmu untuk bermain hujan, tetapi kali ini aku mengikutimu dan melupakan penyakit yang aku derita. Kamu menarik tubuhku keluar dari beranda menuju halaman. Berdiri di antara rintik hujan dengan wajah menengadah ke langit, matamu tertutup dan merentangkan kedua tangan, lalu menghirup aroma tanah yang terkena hujan itu. Tiba-tiba kamu menatapku dan memberi isyarat untuk melakukan hal yang sama. Tetapi aku tidak melakukannya, hanya ingin memperhatikanmu melakukan 'ritual hujan'.
Udara semakin dingin, hujan bertambah lebat. Kamu menarikku lagi sambil berlari menuju pantai di belakang rumah makan ini. Hujan dan deburan ombak adalah hal yang mengasyikkan sekaligus menegangkan. Aku larut bersama kebahagiaanmu dalam hujan. Kamu adalah seorang pluviophile atau pencandu hujan. Kamu sangat menikmati aroma tanah yang terkena air hujan, bahkan kamu akan menyempatkan keluar ruangan hanya untuk mencium aroma itu. "Menenangkan," katamu.
Alergiku kambuh, badanku mulai bereaksi terhadap air hujan, rasa panas dan kemerahan mulai menjalar di seluruh tubuh. Napasku semakin sesak, tiba-tiba semua menjadi putih sangat terang, lalu menjelma hitam. Gelap. Aku menderita aquagenic pruritus yaitu alergi yang disebabkan oleh air, salah satunya adalah air hujan.
Sayup terdengar suara Diorama yang memanggil namaku. Aku sudah berada di sebuah klinik. Wajahnya menunduk sedih, kulepas genggaman tangannya karena masih terasa nyeri. Dia menatapku bingung, aku pun lebih bingung lagi setelah menyadari pakaianku sudah berubah.
"Ibu dokter dan perawatnya yang mengganti pakaianmu." Aku bernapas lega.
Senja akan berganti malam. Diorama mengantarkanku pulang. Aku lebih memilih diam selama perjalanan, menikmati rasa nyeri yang hadir di tubuhku. Tidak tega melihat kesedihannya. "Hey, aku tidak apa-apa, tidak ada yang perlu di khawatirkan."
Aku mencoba menghindar dari sentuhannya, saat dia berpamitan pulang.
"Pulanglah segera, karena ada mereka yang menunggumu di rumah," kataku. Diapun berlalu meninggalkanku dengan rasa nyeri bersama senja. "Ah, aku membenci senja, karena senja adalah tanda kepulangan kekasih kepada pasangannya," batinku.
Komentar
Posting Komentar