Rumah kenangan
Kembali ke rumah yang telah lama aku tinggalkan rasanya menjadi asing. Ada getar aneh di dalam sini, saat mulai memasuki halaman, takut bercampur rindu. Kami memulai untuk berkeliling di sekitar rumah. Warna cat telah memudar, namun masih sama saat aku memilih untuk meninggalkan rumah ini.
Kami terhenti didepan pintu, ada ragu untuk membuka dan melanjutkan masuk.
Ku tatap Diorama yang ada di sebelahku, dia mengangguk tegas agar aku melanjutkan masuk. Ku biarkan dia berjalan di depanku.
Aku memisahkan diri menuju suatu ruangan yang tak asing. Alunan syahdu berlarian menuju kepalaku, mengingatkan pada kisah masa kecil. Lagi-lagi tidak ada yang berubah dari kamar ini, meja dan bantalan kecil masih setia di pojok kamar.
Aku bersimpuh, air mata tak dapat di bendung lagi. Ingatan itu muncul dan pergi secara bergantian, meninggalkan sesal yang tak terkira.
Disini, di kamar ini. Aku di ajarkan untuk berdoa. Ibu yang selalu memimpin doa, dan aku mengikuti ucapan-ucapannya. Kamar ini menjadi saksi ketabahan dan kekecewaan ibu. Di kamar ini semua doa terlantun dengan indahnya, dan semua itu terhenti 10 tahun yang lalu, saat aku memutuskan untuk pergi.
Hari ini, aku mencoba kembali berdoa, disini, di tempat ini. Ku pejamkan mata, menundukkan kepala dan mulai mengucapkan doa yang diajarkan ibu.
Komentar
Posting Komentar