Sebuah perjalanan
"Seperti yang biasa kau lakukan ditengah perbincangan kita, tiba-tiba kau terdiam sementara ku sibuk menerka apa yang ada di pikiranmu." Lagu dari Payung Teduh menemani perjalan kita malam ini. Itu yang sering terjadi ketika kita sedang berbincang. Kamu seperti mempunyai dunia sendiri. Dunia yang tidak pernah terjamah orang lain. Sesekali ku dapati matamu menatap kosong. Bias kesedihan terpancar dari wajahmu, tetapi kamu tetap diam tak bergeming.
Tangan kiriku mencoba menyentuh bahumu untuk mengembalikan kesadaranmu. Kamu hanya menoleh sebentar dan kembali kepada duniamu.
Ku tepikan mobil pada sebuah tempat. Mungkin kita bisa berbincang disana. Kubiarkan kamu mengikuti ku dari belakang menuju sudut ruangan, agar tidak banyak orang lalu lalang.Ku pesan satu gelas cokelat panas untuk mu dan satu gelas kopi arabica tanpa gula untukku sendiri.
Kamu menyeruput cokelat panas itu dengan penuh kenikmatan. Sisa cokelat di ujung bibir kau seka dengan lidahmu. Kamu menatapku dengan senyum jahil, kedua tangan menopang wajahmu. Lega rasanya jika melihatmu seperti ini terus.
Kita melanjutkan perjalanan menuju rumahmu dengan kecepatan 60-80km/jam. Kamu tertidur disampingku, entah karena lelah atau hanya mengantuk.
Keheningan membuat pikiranku bercabang, antara mereka yang menunggu di rumah dan pada kamu yang ada sebelahku saat ini.
Ku coba untuk membelai kepalamu sambil tetap fokus kepada jalanan. Ku genggam tanganmu dan itu membuatmu terbangun.
"Hey, sudah hampir sampai."
Kamu hanya memperbaiki posisi duduk tanpa berucap.
"Maaf, sudah membuatmu kaget."
"Hmm," jawabmu sambil memindahkan tanganku dari kepalamu.
"Hari ini kamu aneh, ada yang di pikirkan?"
"Ini hanya tentang intuisi,aku takut," itu katamu.
Senja seandainya aku bisa mengerti apa yang kamu rasakan, mungkin kita bisa berbagi lebih dari ini.
"Aku ada saat kamu siap untuk menceritakan ketakutammu itu." Bisikku sebelum Senja keluar dari mobil.
Komentar
Posting Komentar