Penyeduh Kopi (2)
Matanya menjelajah seisi ruangan. Pria berseragam dekat mesin kopi menarik perhatiannya. Rambutnya tertata rapi, dengan gulungan kecil di belakang kepala. Ia tidak mempunyai lesung pipi, tapi senyumnya sangat menawan. Sambil menyeduh kopi, pria itu bergurau dengan dua pemuda di hadapannya.
Sambil menunggu pesanan datang, tidak sengaja pandangan Senja tertuju pada motor berwarna merah yang terparkir di luar—di bawah pohon besar. Kembali ia mengusap kepala sambil meringis. Seolah-olah nyeri itu muncul kembali. Kekesalan yang telah reda kembali muncul walau sedikit.
Pegawai kedai datang membawa sebuah mug kayu tertutup. Lalu meletakannya tanpa bersuara.
"Mas tau nggak, motor warna merah di bawah pohon besar itu punya siapa?" Senja bertamya pada pegawai itu dengan nada selembut mungkin.
Pegawai kedai tidak menjawab. Lagi-lagi ia terpaku pada bibir yang berbicara itu.
Belum sempat Senja mengulang pertanyaannya, pegawai itu berlalu pergi, melesat menuju meja kasir.
Senja mencoba meredam kekesalannya dengan beberapa kali tarikan napas yang dalam dan menghembuskannya pelan-pelan. Ia mengalihkan perhatian pada mug tertutup di hadapannya. Mencoba membaui, tapi tidak tercium aroma apapun.
Pelan-pelan ia membuka tutup mug. Aroma yang sangat ia kenali menguar, menggapai ingatannya. Kopi Arabica tanpa gula dengn ampas di dasar gelas. Ia menyesap kopi di hadapannya bersama munculnya kenangan yang berkelabat cepat.
Bersambung...
Komentar
Posting Komentar