Penyeduh Kopi (4)

Wanita itu terpaksa menunda tidurnya, ketika seseorang mengetuk pintu kamar. Ia bertanya-tanya dalam hati siapa yang mengetuk, karena masih terlalu pagi untuk petugas penginapan membersihkan kamar. Dengan sedikit menggerutu dan wajah masam ia membukakan pintu.

"Anda baik-baik saja, nona?" Pria yang berdiri di balik pintu bertanya tanpa basa-basi.

Wanita itu melotot. Menarik napas panjang, melihat pria penyeduh kopi berada di hadapannya.

"Duduk." Ia menyuruh pria itu duduk di kursi depan kamar. Meninggalkannya sejenak lalu kembali dengan uang di tangan.

"Ambil saja semuanya." Wanita itu menyodorkan dua lembar uang sertus ribuan.

"Anda baik-baik saja? Wajah anda sangat pucat." Pria itu tidak mengambil uang yang diberikan. Ia malah bertanya dengan pertanyaan yang sama seperti tadi.

Wanita itu tidak menjawab. Ia kembali menyodorkan uang yang tadi ia ambil dari dalam.

"Saya tidak ingin menagih utang. Saya hanya ingin memastikan kondisi anda. Karena kemarin anda meninggalkan kedai dalam keadaan kacau, dan sehari sebelumnya saya melihat anda pingsan di taman ketika seorang anak kecil memeluk anda."

"Sudah selesai bicaranya?" Wanita itu tidak acuh dengan kata-kata pria penyeduh kopi di hadapannya.

"Kalau sudah selesai, anda bisa pergi dari sini." Kata-katanya ketus. Ia tidak peduli terhadap orang yang sedang mengkhawatirkannya.

"Baik. Terima kasih." Pria penyeduh kopi pergi tanpa membawa uang yang diberikan tadi.

Bersambung... 


Komentar