Kesalahan
Sebelum menemuimu, aku harus mengenakan baju khusus. baju besar berwarna biru, penutup kepala dengan warna senada dan masker yang menutupi mulut juga hidungku.
Dengan perlahan, aku memasuki ruangan besar. Ruangan yang menurutku sangat sunyi. Hanya bunyi mesin dari monitor dan alat bantu penunjang hidup yang terdengar.
Aku sempat mematung di balik tirai tempat tidurmu. Seperti dejavu. Kembali merasakan hal yang sama, tetapi dengan orang yang berbeda. Badanku dingin, jantungku berpacu seperti pelari cepat. Aku harus kuat, kataku dalam hati.
Aku membuka tirai yang menutupi tempat tidurmu. Melihatmu terbaring tidak berdaya. Matamu terpejam seperti sedang tidur pulas. Tubuhmu dipenuhi berbagai macam alat penunjang hidup. Aku nyaris berbalik, meninggalkanmu seorang diri.
"Senja, aku di sini. Kamu merasakan genggaman tanganku?" Aku menggenggam tangannya lembut.
"Mereka bilang, selama ini, kamu hanya ingin menggenggam tanganku. Kenapa kamu tidak pernah bilang itu kepadaku?"
Mataku panas, menahan air yang nyaris tumpah. Badanku berguncang menahan isak kepedihan.
"Senja, mereka bercerita banyak hal kepadaku. Jangan marah terhadap mereka, Cakrawala dan Lintang. Mereka hanya mengatakan yang sejujurnya, agar aku mengerti tentang semuanya. Tentang perasaanmu kepadaku."
Aku membelai kepalanya, seperti yang sering aku lakukan selama ini.
"Senja, maaf jika kamu salah mengartikan perhatianku, kedekatan kita dan hubungan ini. Kamu salah jika merasa hubungan kita adalah cinta sepasang kekasih. Aku tidak mungkin mengkhianati janji pernikahanku."
"Mungkin kamu bertanya-tanya, kenapa sikapku berbeda. Aku sangat peduli, dan perhatian terhadapmu. Tidak seperti layaknya seorang teman. Itu semua aku lakukan karena kamu mirip dengan adikku. Aku kira mengasihimu dengan caraku, bisa menebus semua kesalahanku."
Aku berdiri, mengecup keningnya dan berbisik kepadanya, "Senja, aku mengasihimu sebagai seorang adik."
Jam besuk telah usai, aku bergegas meninggalkannya, tanpa menoleh kembali.
Komentar
Posting Komentar