Pendakian Rinjani (Part 2)

Gunung Rinjani merupakan gunung berapi. Tapi, Rinjani tidak memiliki kawah pada puncaknya.

Pukul tujuh, saya baru sampai puncak Anjani. Di atas saya di sambut dengan sebotol sirup dingin. Tiba-tiba rasa lelah hilang begitu saja. Digantikan dengan pemandangan yang sangat luar biasa.

Saya berada di atas awan. Beberapa puncak gunung terlihat saat itu. Seperti gunung Agung dan gunung Tambora. Dari puncak Rinjani, saya, bisa melihat kawah gunung Barujari yang mengeluarkan asap. Gunung baru yang terdapat di tengah danau.

Gunung Barujari, adalah gunung atau kawah yang terbentuk di kaldera gunung Rinjani setelah letusan pada abad ke-13. Gunung Barujari bertumbuh, seperti makhluk hidup.

Setelah merasa cukup menikmati puncak Anjani. Kami kembali ke tempat perkemahan. Perjalanan turun tidaklah terlalu sulit seperti menanjak tadi. Tapi, bukan juga perkara yang mudah.

Kita harus megetahui teknik turun dengan cepat tapi selamat. Bahkan jalur yang saya kira tanah keras, adalah tanah dengan tekstur sangat lembut. Saya terperosok, lalu terjun bebas ketika langkah pertama. Nyaris jatuh ke jurang, karena tidak bisa berhenti.

Entah seperti apa caranya, pada akhirnya saya berhenti sendiri. Saya masih terduduk, dan tidak membuat gerakan. Dari jarak yang tidak terlalu jauh, saya melihat teman saya, mengambil jalur yang sama.

Belum sempat saya berteriak, jangan. Dia sudah merosot seperti saya tadi. Saya menghalau dia dengan kaki agar tidak terperosok lebih jauh.

Kami tertawa bersama-sama. Mentertawakan kebodohannya. Dia pikir, saya sedang duduk karena beristirahat. Padahal itu murni karena kecelakaan.

Kami berdua merangkak pelan, menuju jalur dengan tanah lebih padat. Berjalan di antara barisan pohon Edelweis yang terlihat bersih.

Mungkin bagi mereka yang tidak pernah mendaki, akan bertanya-tanya. Bagaimana kalau kebelet pipis atau BAB.
Kami para pendaki jika ingin buang hajat, kami akan mencari semak atau balik pohon. Seperti pohon Edelweis tersebut.

Di balik pohon, banyak ranjau bertebaran. Ada yang ditutup dengan tisu atau dibiarkan begitu saja. Seharusnya, cara yang benar adalah menggali tanah lalu ditimbun kembali. Maka, kits harus waspada terhadap ranjau tersebut. Jika tidak, akan terinjak dan menempel di sepatu kita.

Komentar