Suasana Hati
Aku melihat Senja menuruni tangga, bersama seorang pria bertubuh tinggi di sebelahnya. Tidak ada interaksi di antara mereka. Berjalan dalam diam.
Aku menunggunya dalam mobil, di parkiran depan kantor Senja. Ia mempercepat langkahnya, ketika melihat mobilku. Pria itu mengimbangi langkah Senja, tepat berada di belakangnya.
"Pak, saya duluan." Ia berkata kepada pria itu. Masuk dengan tergesa ke dalam mobil.
Aku menurunkan kaca jendela. Menjabat tangan pria itu dengan senyuman, "Diorama," kataku memperkenalkan diri.
Pria itu mengangguk khidmat tanpa senyuman, "Lintang," jawabnya singkat.
Aku segera meninggalkan parkiran tanpa basa-basi kepada pria itu. Aku melirik Senja, yang duduk di sebelahku. Belum ada kata yang keluar dari bibirnya sejak kami meninggalkan parkiran.
"Siapa dia? Aku belum pernah melihat dan mendengar namanya," tanyaku memecah kesunyian.
Ia menarik napas panjang, mengembuskannya kuat-kuat. Mukanya memerah, terlihat marah.
"Tidak usah menjadi marah gitu." Aku menggenggam tangannya, mencoba meredakan amarah yang mulai muncul.
"Ia atasan baruku. Pria yang sangat menyebalkan," katanya dengan cemberut.
Aku tertawa, " Hati-hati, jangan terlalu benci, nanti kamu jatuh cinta."
"Tidak akan!" teriaknya dengan geram.
"Aku lapar, temani aku makan."
Ia menggeleng.
"Kita minum cokelat panas di kedai langganan kita." Ajakku lagi.
Ia kembali menggelengkan kepalanya, "Aku mau pulang saja."
"Aku tidak akan mengantarkanmu pulang, jika kamu masih seperti ini." Aku membelai kepalanya.
Lampu-lampu jalan mulai menerangi jalan. Sedangkan, kami masih saja berputar-putar tanpa tujuan yang jelas.
"Kenapa kamu jadi aneh begini. Cuma karena pria itu, moodmu jadi rusak. Atau ada sesuatu yang belum kamu ceritakan kepadaku?" Lagi-lagi, aku membuka percakapan agar tidak terasa sepi.
"Aku ... " Ia kembali menutup rapat mulutnya ketika ponselku bersuara. Padahal kata-katanya belum usai.
Senja memberikan isyarat dengan matanya, agar aku menjawab panggilan tersebut. Aku kembali membelai kepalanya. Menggenggam tangannya selama menerima telepon.
"Aku antar kamu pulang sekarang. Seruni memintaku untuk segera tiba di rumah."
Komentar
Posting Komentar