Amarah
Teriakan ayah membangunkanku dengan paksa. Pertengkaran di pagi buta terjadi. Kulihat adikku Seruni di sebelahku, masih dengan mimpi indahnya.
Hantaman keras pada tembok terdengar. Disusul tangis ibu yang menyayat hati. Aku takut. Terduduk di sudut kamar. Menutup mata dan berdoa, sampai tidak lagi ada suara di luar.
Aku bergegas keluar kamar mencari ibu. Tetapi tidak kutemukan keduanya. Aku menuju kamar yang pintunya tidak tertutup rapat.
Aku terkejut. Menyaksikan yang terjadi di dalam kamar. Kulihat ibu mengeluarkan air mata, dengan terpaksa ia melayani nafsu bejat ayah.
Ayah menyeringai puas. Terlihat dari bayangan yang terpantul pada dinding kamar. Lalu ambruk di atas tubuh ibu.
Amarahku memuncak. Berteriak dan berlari kearah ayah, dengan gunting di tangan. Berkali-kali kutikam tubuhnya sampai aku lelah.
Aku terduduk lemas, seperti tidak mempunyai tulang. Kulihat ibu bersimbah darah. Dan ayah di sebelahnya tertidur dengan nyenyak.
Aku tidak menyadari ibu mendorong tubuh ayah ke sisinya, ketika aku berlari kearah mereka. lagi bergerak. Dan membangunkan ayah yang lelap dalam tidurnya.
Aku panik. Ketakutan yang teramat sangat, membuatku ingin bergegas pergi dari rumah. Sebelum pergi, aku melihat Seruni berdiri ketakutan di sudut ruangan.
Ia menatapku penuh kebencian. Menghindar ketika aku ingin memeluknya.
***
Ketukan pintu menghentikan lamunanku. Kusimpan kembali foto Seruni dalam laci.
Komentar
Posting Komentar