Mimpi

Peluh membasahi tubuhku di ruangan yang berpendingin ini. Lagi-lagi aku memipikan hal menakutkan itu. Kulihat Diorama tertidur pulas di sisiku. Sebersit kegelisahan muncul.

Tanganku menjelajahi wajah pria yang menikahiku lima tahun yang lalu. Menjalar dari alis yang tebal, hidung mancung dan terhenti pada bulu halus di atas bibirnya.

Aku suka berlama-lama di bagian itu. Ketika bulu halus, mulai tumbuh di atas bibirnya. Ada sensasi tersendiri ketika merabanya.

Lalu kusandarkan kepalaku pada dadanya. Mendengarkan detak jantung yang beraturan. Tiba-tiba, tangannya membelai lembut kepalaku.

"Mimpi buruk lagi?" tanyanya, sambil mengeratkan pelukan. Aku diam memilih menikmati pelukannya yang membuatku sedikit tenang.

"Aku takut." Kulepaskan pelukannya dan membelakangi tubuhnya.

"Ceritakanlah, jika kamu sudah siap. Aku selalu ada untukmu." Kini ia memelukku dari belakang. Memintaku kembali beristirahat.

Dengkuran halus mulai terdengar darinya. Ia kembali terlelap, dan hanyut dalam mimpinya. Aku mencoba untuk tidur, tetapi tidak bisa.

Kegelisahan membuatku terjaga. Mataku tidak juga ingin terpejam. Aku bimbang. Haruskan aku bertanya padanya. Haruskan aku menceritakan kegelisahan-kegelisahanku.

Aku memikirkan wanita yang bersama Diorama, dalam mimpiku. Wanita muda dengan kisaran usia dua puluh akhir. Mereka terlihat sangat akrab.

Aku tidak pernah melihat wanita itu selama ini. Tetapi ia selalu hadir dalan mimpiku beberapa bulan terakhir. Dengan kejadian dan di tempat yang sama.

Komentar