Kesan Pertama
"Senja," ucapku riang.
Ia berlalu begitu saja setelah kami bersalaman. Menjabat tanganku tanpa tersenyum. Dan, menyebutkan namanya dengan enggan. Sedangkan aku sudah semringah dari kejauhan.
Wajahku dihiasi senderut. Kembali ke meja kerja, menatap monitor yang dipenuhi deretan angka.
"Untung dia atasan kalau bukan, sudah aku semprot tadi." Aku menggerutu tanpa memalingkan wajah dari monitor.
"Semprot saja kalau berani," kata Seruni sambil menahan tawanya.
Aku menoleh dengan wajah kesal. Sedangkan, tawa Seruni semakin keras tidak lagi ditahan.
"Semoga aku tidak pernah bekerja sama dengan dia," ucapku lagi.
Kami berdua berpadangan, lalu tertawa. Menertawakan keinginanku yang tidak masuk akal. Tiba-tiba teleponku berdering, menghentikan tawa kami yang menggelegar.
"Halo, selamat pagi. Dengan Senja, ada yang bisa dibantu?"
Sesaat hening di seberang sana.
"Halo, ini dengan siapa?" Aku mengulangi jawaban teleponku.
"Kamu ke ruangan saya sekarang!" Suaranya terdengar asing. Keningku berkerut, menatap Seruni yang keheranan melihatku bingung.
Aku mengangkat bahu. Menjawab pertanyaan Seruni yang tersirat dari matanya.
"Maaf, ini dengan Bapak siapa, ya?"
"Saya Lintang. Tolong ke ruangan saya segera."
"Baik, Pak." Aku menutup wajahku dengan telapak tangan.
"Siapa?" Seruni bertanya tidak sabar.
"Lintang. Atasan baru di ruangan sebelah itu," kataku nyinyir.
Aku bernjak meninggalkan Seruni dengan tawanya.
***
Aku mengetuk pelan, memasuki ruangan tanpa perintah. Ia menoleh sebentar lalu asyik dengan monitornya.
Sudah lima menit aku duduk dengan gelisah. Menanti ia berpaling dari monitor.
"Pak, tadi bapak manggil saya. Ada apa?" Aku memberanikan diri memecah keheningan.
Lagi-lagi ia hanya menoleh, menatapku sejenak. Lalu, kembali hening.
"Pak, jika tidak ada yang ingin disampaikan, saya kembali ke ruangan saya." Aku menatapnya, mencoba sabar menghadapi orang yang ada di hadapanku.
"Oke... silakan kembali ke ruangan." Dengan entengnya ia berkata tanpa melihat ke arahku.
Aku melotot–menahan emosi. Meninggalkannya tanpa sepatah kata.
Boleh ngitak pak lintang enggak ? Ah jangan hitung2 olahraga yang sabar ya mb Senja wkwkwk. Semangat mb nulisnya izzah tunggu chapter selanjutnya hehe
BalasHapus