Perjalanan Pulang (Part 2)
Lintang masih saja cemas memikirkan keluarga dan ponselnya. Sepanjang perjalanan ia diam dan terlihat murung. Lintang tidak memperhatikan Lembayung berhenti di depannya.
"Aduh ... Sakit tau, Kak." Lembayung tersungkur, tertabrak tubuh Lintang yang sedikit tambun.
"Maaf, aku tidak sengaja. Ada yang luka?" Lintang membantu Lembayung berdiri dan memapahnya duduk pada dipan depan rumah.
Ada perasaan lega sekaligus sedih yang dirasakan kedua kakak-beradik itu, ketika melihat rumah mereka masih gelap.
"Ibu belum pulang, ya, Kak?" tanya Lembayung pada Samudra yang sedari tadi berdiri di depan pintu.
Samudra menggeleng lesu dalam remang cahaya lampu tetangga. Ia membuka pintu dengan perasaan getir. Cepat-cepat menyeka air mata yang hampir jatuh. Ia tidak mau Lembayung melihat kesedihan hatinya.
Rumah itu tidak luas tapi terlihat rapi dan bersih. Separuh dindingnya memakai anyaman bambu, lantai tidak dikeramik hanya peluran semen yang terlihat mengkilap. Tidak ada kursi tamu atau lemari kaca penuh hiasan, atau televisi.
Di sudut ruangan terdapat meja yang tidak terlalu besar dengan tiga kursi. Di atasnya ada tudung saji berwarna hijau yang sudah pudar. Dekat meja itu ada pintu menuju dapur dan kamar mandi.
"Ganti pakaianmu, nanti kau masuk angin." Samudra melemparkan baju dan celana bersih pada Lintang. Lalu, menghilang di balik pintu.
"Minum dulu, Kak, biar badannya anget." Lembayung menawarkan teh panas yang asapnya teelihat masih mengepul.
"Kalo kakak mau mandi dan ganti baju, kamar mandinya ada di belakang—di balik pintu itu." Lembayung menunjuk ke arah pintu dekat meja kecil itu.
"Kalo airnya kurang, nanti bilang saja, biar kak Samudra yang pompakan air," tambahnya lagi.
"Pompa?" Ia kembali mengucapkannya dengan pelan dalam kebingungan.
Ketika ketiganya sudah mandi dan ganti baju. Mereka duduk di atas tikar, menyeruput teh yang tidak lagi panas. Tiba-tiba tawa Lembayung pecah. Ia tidak tahan menahan tawanya sejal Lintanh keluar dari kamar mandi.
Seperti mengetahui keheranan kakaknya, Lembayung berbisik pada Samudra, "Bajunya kak Lintang kekecilan."
Merasa diomongin oleh kakak-beradik itu, Lintang memegangi bajunya agar menutupi perut.
"Tidak ada baju yang lebih besar sedikit?"
"Ada, punya om ku. Kau bisa memakainya, dan pasti akan kebesaran, mau?"
"Tidak apa-apa, dari pada baju ini. Perutku kedinginan" Lintang menyeringai malu.
Komentar
Posting Komentar