Sejenak (Part 2)

Fokusku teralihkan dari koran dan segelas kopi Arabica tanpa gula oleh perempuan muda dengan kaos oranye dan celana pendek hitam di atas lutut. Rambutnya digulung tidak beraturan, menyisakan anak rambut yang menjuntai bebas pada tengkuknya. Beberapa kali ia berkeliling di tempat yang sama, seperti orang kebingungan. Aku tertawa dalam hati, melihat tingkah perempuan muda itu.

Kuambil ponsel dan menekan sebuah nama. Lagi-lagi suara mesin yang menjawabnya. Nomor yang anda tuju tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Kuletakkan kembali ponsel di atas meja, dan menyesap kopi Arabica yanh tinggal setengah.

Mataku terbelalak melihat perempuan muda berbaju oranye duduk menghadap bukit. Cepat-cepat aku mengambil koran dan melebarkan untuk menutupi wajahku, sambil tetap memperhatikan gerak-geriknya.

Tidak lama berselang, perempuan muda itu meninggalkan kursinya. Berjalan keluar restoran menuju lift. Aku bergegas membuntutinya, dengan masker dan topi menutupi wajah agar ia tidak mengenali. 

Lift berhenti di lantai lima. Kubiarkan ia dan pengunjung lain keluar terlebih dahulu. Aku mengintai dari jauh, sampai ia memasuki kamar tempatnya menginap. 509, kusimpan baik-baik dalam kepala. Aku kembali menuju lift, menekan angka tujuh pada deretan tombol yang tersedia.

Sesampainya di kamar, aku mengeluarkan kotak berwarna hitam dari dalam tas. Sejenak kuperhatikan kembali isi di dalamnya. Kupegang butiran-butiran berwarna hitam dan jingga dengan penuh perasaan. Kutinggalkan kamar dengan tergesa dan kembali menuju lift dan menekan angka lima.

Komentar