Pendakian Rinjani (Part 5)

Aku dan teman priaku duduk berhadapan dengan penerangan alakadarnya. Di tengah kegelisahan dan rasa putus asa, ada secercah harap saat itu. Samar-samar terdengar suara orang mendekat. Berteriak-teriak memberi tanda satu dengan yang lainnya.

Kami saling pandang dan tersenyum, melompat-lompat kegirangan dalam gelap. Aku berteriak kencang meminta tolong. Teman priaku terperosok saat melompat tadi. Tidak melihat, bibir jurang yang menganga lebar.

Mereka berlari mendekat, membantu teman priaku untuk kembali ke atas. Tangan dan kakinya penuh luka goresan. Ia tersangkut di akar pohon yang menonjol.

Kami berjalan beriringan dengan pelan. Sedikit bersenandung menghilangkan gundah. Menemukan jalur yang tepat, rasanya seperti menemukan harta karun.

Setelah empat jam berjalan kaki. Kami sampai di perkemahan danau Segara Anak. Tenda-tenda sudah berjajar rapi, menambah keindahan malam itu.

Saat mencari tenda kelompok, aku dan teman priaku melintasi orang-orang yang berkumpul mengelilingi api unggun, untuk mengahangatkan badan atau sekadar bersenda gurau. Juga, orang-orang yang sedang mempersiapkan makan malam.

Setelah berkeliling sesaat, kami menemukan tenda tersebut. Lokasinya tidak jauh dari toilet umum yang gelap dan terlihat menyeramkan.

Ketika pagi tiba. Mentari menampakan wajahnya dengan ceria. Aku mencoba melihat-lihat toilet tersebut. Semakin dekat, aromanya semakin tidak enak.

Aku menguatkan diri membuka pintu toilet pertama. Aroma tidak sedap langsung menyeruak ke dalam hidung. Aku pikir, mungkin di ruang sebelahnya agak lebih mendingan.

Aku waspada ketika membuka pintu. Aku berlari menjauhi, seperti melihat hantu. Aku berpikir keras, pendaki jenis apa yang tega buang hajat di tempat yang tidak ada airnya. Bukankah lebih baik ia mencari semak atau menggali tanah.

Sambil menahan mual dan melupakan gambaran yang tidak enak tentang toilet tadi, aku berjalan mendekati danau. Melihat beberapa orang berenang riang, dan yang lainnya memancing dengan serius.

Dalam keriuhan perkemahan. Aku melihat gunung muda berdiri tegak di tengah danau. Gunung Barujari.

Komentar