Sela Tawa
Kami duduk berhadapan di sudut sebuah kedai. Ia masih sibuk dengan ponselnya. sedangkan aku, sibuk memandangi wajah yang mulai dihiasi bulu-bulu tipis.
Mataku masih asyik memandanginya, ketika ia berhenti, lalu, menaruh ponselnya di atas meja. Menghembuskan napas dengan berat. Tangannya terangkat memanggil pegawai kedai.
Ia tidak lagi bertanya padaku. Memesan segelas kopi Arabica tanpa gula dan segelas cokelat panas. Beserta beberapa makanan ringan.
Kami masih tetap diam—berhadapan setelah pegawai kedai mencatat pesanan kami. Tak berapa lama, ia berdiri beranjak dari tempatnya. Mataku mengikuti gerakannya, penuh dengan pertanyaan.
"Ingin duduk di sebelahmu," kataya, seperti mengerti pertanyaan yang tersirat dari mataku.
Aku menggeleng memberikan jawaban. Ia kembali duduk dengan wajah bingung.
"Tidak apa-apa. Agar aku leluasa memandangi wajahmu."
Pegawai kedai datang, membawa pesanan kami. Aku merebut kopi Arabica tanpa gula. Menyeruputnya perlahan, "Siapa suruh tidak bertanya dulu. Minum saja cokelat panas itu." Kusodorkan gelas yang berisi cokelat panas dengan acuh.
Aku tersedak, karena rasa kopi yang pahit. Ia tertawa. Nyaris menyemburkan cairan yang ada di dalam mulutnya. Kami saling tatap. Lalu, tertawa bersama.
Kami terlarut menikmati alunan musik yang romantis. Dan udara dingin yang disuguhkan. Kami duduk bersebelahan, kusandarkan kepala di bahunya. Menikmati kebersamaan yang hanya sesaat
Komentar
Posting Komentar