Daya juang pria kecil
Aku meninggalkan pantai, sebelum senja berwarna jingga turun. Menuju sebuah kedai kopi di pertigaan ujung jalan.
Pria kecil dengan tubuh gembil, tersenyum manis memamerkan gigi putih yang berjajar rapi, berlari ke arahku membawakan daftar menu.
"Selamat malam, Ka," sapanya ramah.
Dengan senyuman aku membalas sapaannya.
"Satu cokelat panas dan pisang bakar," seruku.
Tidak lama berselang, dia membawakan pesananku.
"Satu cokelat panas dan pisang bakar. Ada lagi?" tanyanya
"Tidak. Terima kasih," balasku.
Kedai hampir tutup, kembali kupanggil pria kecil tadi. Menanyakan kepadanya, apakah ia bersedia ngobrol denganku.
Ia menyetujui, dan duduk di hadapanku.
Usianya baru 11 tahun. Jika hari sekolah, ia akan bekerja dari jam lima sore hingga sembilan malam. Alasan dia bekerja di kedai itu adalah untuk bertahan hidup. Karena ada adik dan dirinya yang harus dia hidupi.
Aku tercengang, ternyata memang benar ada kisah seperti itu. Seorang anak dengan daya juang tinggi untuk bertahan hidup. Cerita itu tidak hanya ada di film atau berita-berita beredar.
***
Aku dikejutkan getaran HP di hadapanku. Satu pesan masuk dari Diorama. Dia menanyakan keberadaan dan keadaanku.
Aku sengaja tidak mengabarinya, memilih pergi sejenak, menepi untuk kembali merenungkan hubungan ini. Bukan untuk lari, tetapi hanya untuk meyakinkan diri.
Setelah dua malam yang lalu, aku bermimpi tentangnya. Tentang wanita yang telah mengikat janji suci denganmu.
Ia mendatangiku bersma kedua buah hati kalian. Kala itu ia tidak berkata apa-apa, hanya tersenyum kepadaku. Lalu pergi tanpa sepatah katapun.
Aku terbangun dengan perasaan bersalah. Aku tidak ingin menyakiti hatinya, dan tidak ingin merebutmu darinya.
Apakah aku harus bertahan dengan keadaan yang seperti ini, atau aku harus mengakhiri hubungan ini.
Aku tidak seperti pria kecil tadi, yang mempunyai daya juang untuk bertahan.
Aku tidak ingin bertahan untuk hubungan yang tidak pernah jelas ujungnya akan kemana.
Komentar
Posting Komentar