Pesan untuk Diorama

Aku terhentak dari tidur, napasku memburu, peluh mengalir deras dari setiap pori tubuhku. "Mimpi itu lagi."
Sudah hampir 40 hari aku seperti ini, mimpi dan ketakutan yang sama, di waktu yang sama, setiap harinya.

Aku mecoba kembali tertidur, agar nanti terlihat segar saat bertemu psikiater bernama Kelana. Dokter  jiwa dengan usia 35 tahun.

"Hai, Senja," sapanya ramah. Dia mempersilakan masuk ke dalam klinik sekaligus rumahnya.
"Bagaimana keadaanmu? Saya sudah membaca email yang kamu kirim. Mungkin kamu ingin bercerita dari awal."

Aku menceritakan mimpiku yang terus berulang, hampir 40 hari terakhir ini.
Kelana menyarankan di lakukannya teknik regresi memory, untuk mengetahui penyebab mimpi yang berulang itu.

Sebelum melakukan therapy itu, Kelana menjelaskan apa dan bagaimana regresi memory.
Regresi Memory adalah metode yang menggambarkan ingatan untuk menguak masa lalu.
"Kamu akan terhipnotis, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan."

                           ***
Kelana menarik napas sangat dalam, paru-parunya seperti kehabisa oksigen. Dia memandangku dengan sedih.
Menggengam tanganku dan berkata "waktumu sudah selesai, sebaiknya kamu pulang dengan tenang."

Aku menatap tajam padanya, tidak mengerti yang dia maksud. Dengan sikap tenang, dia memberikanku kertas berisikan tulisan.
'Kecelakaan, gunung, biola, konser'.

Kepalaku mendadak berat, 'mimpi' itu datang dan terasa lebih nyata, tetapi tidak lagi ada peluh, tidak lagi ada napas yang memburu.

"Ada pesan yang belum tersampaikan?" tanya Kelana.
"Aku mencintainya" Sambil berlalu pergi

Komentar