Khayalan Ulang Tahun

Dia datang dengan satu potong kue dan lilin kecil di atasnya. Menghampirku di sudut kedai sambil bernyanyi pelan.

Aku terkejut melihat kedatangannya. Suatu hal yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.

Rasa bahagia, terharu, sedih bercampur jadi satu. Membuatku tidak bisa berkata apa-apa, ketika dia menjabat tanganku dan mengucapkan selamat ulang tahun.

Kini dia benar-benar berada di hadapanku. Mata kami saling menatap. Tangannya, menggenggam tanganku. Seperti yang aku inginkan selama ini.

Dia tersenyum, sangat manis, lebih manis dari biasanya. Lesung pipinya semakin dalam. Kumis tipis di atas bibir membuatnya semakin menggemaskan. Membuatku ingin menyentuhnya. Kali ini saja.

Dia, seperti mengetahui apa yang ada di kepalaku. Tanganku diciumnya dengan mesra, membuatku merasakan bulu halus di atas bibir itu.

Suasana kedai sangat mendukung keromantisannya malam ini, dengan lampu temaram, dan musik-musik yang mengalunkan nada cinta.

Mataku semakin terpejam, ketika napasnya mulai menyentuh telingaku.
"Selamat ulang tahun," bisiknya lembut.
Kemudian berpindah lagi, membuat dadaku semakin bergetar tak karuan. Kini kurasakan, napas kami saling bertemu, saling menjerat seperti tidak ingin melepas. Semakin erat, semakin kuat.

Sampai pada saat ....

"Hey. Kenapa merem-merem sambil senyum-senyum gitu?"
Ia mengetuk-ngetuk meja, membawa kembali pada kesadaranku.

Aku terkejut dengan mata melotot. Ia benar-benar ada di hadapanku, untuk menanyakan pekerjaanku, bukan untuk memberikan ucapan ulang tahun.

Aku menarik napas sangat dalam.
Ternyata itu hanya imajinasiku, dan aku masih di sini, dengan setumpuk pekerjaan yang harus diselesaikan.

Komentar