'Ucapan' yang dinanti

Aku semakin cemas, jam sudah menunjukan pukul 11 malam. Kulihat lagi telepon genggamku, masih seperti sebelumnya. Tidak ada satu pesan pun yang masuk.

Satu jam lagi kedai akan tutup, akan tetapi tidak ada tanda-tanda kehadiran dirinya.
Kembali kupesan satu gelas bir, agar tidak merasa bersalah, karena masih berada di tempat ini.

Ketukan tanganku di meja semakin keras, menandakan kegelisahan yang tak terbatas. Jam sudah menunjukan pukul 11.45 malam. Hanya aku yang tersisa di kedai ini.

Kuberi isyarat memanggil pegawai kedai. Aku memesan segelas bir untuk yang ke enam kalinya. Pemilik kedai mendatangiku, ia menolak permintaanku dengan halus.

Kesadaranku sedikit menurun. Tetapi ketakutan dan kekecewaanku semakin nyata. Kembali kulihat ponsel, masih sama seperti sebelumnya.

Aku berpamitan pulang, ketika rintik hujan mulai turun. Karena sudah terlalu larut, pemilik kedai menawarkan bantuan untuk mengantarku pulang. Aku menggeleng dan berlalu.

Aku menuju perempatan jalan. Rintik berubah menjadi deras. Aku menikmati hujan yang semakin deras. Kekecewaan menyergap tubuhku, karena sebentar lagi hari akan berganti. Ia yang kunanti tak kunjung ada. Bahkan hanya sekadar ucapan.

Air mata tidak lagi bisa kubendung. Ia mengalir sama derasnya seperti air hujan.
Wajahku tertunduk di tengah derasnya air hujan. Tangisku semakin menjadi, aku terduduk. Kakiku tak kuat menopang kesedihan.

Dalam kesedihan yang tak terbendung, seseorang datang memayungiku. Kusambut uluran tangannya, untuk membantuku berdiri. Aku memeluknya dengan erat. Lagi-lagi tangisku tumpah dalam pelukannya.

Aku meracau dalam tangisku, dengan lembut cakrawala membelai rambutku. Ia tetap memelukku sampai tangisku reda.
Alarm jamku berbunyi, menandakan sudah pukul dua belas, dini hari.

Cakrawala membawaku ke dalam mobil, untuk menghindari perhatian orang yang melintas. Perlahan mobil melaju, meninggalkan tempat itu.

Dalam sisa-sisa kesadaranku aku mendengar suara Diorama di telingaku.
"Selamat ulang tahun, Senja."
Lalu aku terlelap, di dalam mobil yang dikemudikan Cakrawala.

Komentar