Rasa Yang Salah
Ada getar yang tidak dapat kujelaskan, sejak pertama kali bertemu dengannya. Pada sebuah acara pendakian masal.
Wanita dengan kisaran usia pertengahan dua puluh. Berambut lurus sebahu, bermata cokelat, sama seperti warna kulitnya.
Namanya Senja, wanita yang tidak terlalu banyak bicara. Lebih memilih diam dan menyendiri. Tetapi ia sangat aktif membantu timnya, walau
dalam diam.
Sejak saat itu, kami menjalin sebuah hubungan. Hubungan yang mengatas namakan persahabatan.
Aku selalu bahagia ketika ia bersandar di bahuku. Menceritakan tentang kegelisahannya. Menangis di sisiku. Ada perasaan nyaman yang timbul dalam diriku.
Saat-saat seperti itu, aku bisa memeluknya, menggenggam tangannya. Dan membaui aroma tubuhnya.
Semakin dalam rasaku terhadapnya, aku menjadi sedikit posesif. Ada sedikit cemburu, jika ia menceritakan tentang seseorang pria yang disukainya.
Pernah, suatu ketika. Senja bertanya kepadaku, menanyakan sikapku yang aneh terhadapnya.
Saat itu, tiba-tiba aku marah kepadanya kala ia bercerita tentang cumbuan pria yang ia sukai. Mataku nanar memandanginya. Nyaris kusentuh bibirnya dengan bibirku.
Sejak saat itu, aku harus bisa mengontrol diriku, saat berdekatan dengannya. Dan aku tidak pernah menjawab pertanyaannya.
Membiarkan ia menerka sendiri. Karena, rasaku tidak pernah bermakna baginya. Walau itu sangat berarti bagiku.
Senja, semoga kamu tidak pernah mengetahui apa yang sedang aku sembunyikan. Rasaku telah berlabuh padamu, sejak pertemuan pertama. Pada pendakian masal wanita.
Komentar
Posting Komentar