Gadis Kecil ( Part 1)
Gadis kecil melihatku lekat. Nyaris tidak ada jarak. Salah satu tangan mungilnya menelusuri tiap lekuk wajahku. Dan tangan lainnya memegang wajahnya.
Ia mendengus. Duduk di sebelahku. Aku masih diam, tidak bergeming. Gadis kecil itu menunduk. Menggerakan poni dengan mulut. Rambut kuncir dua yang tidak lagi sejajar menghiasi kepalanya.
"Kamu bukan ibuku," katanya.
"Apa?" aku berbisik di telinganya.
" Iya, ternyata kamu bukan ibuku." Ia berkata dengan lebih keras.
"Ibuku memiliki hidung yang mancung. Mata dan bibirnya kecil. Alisnya tebal tidak seperti kamu."
Angin berhembus dingin. Gadis kecil menggosok badan dengan kedua tangan mungilnya.
"Ibumu kemana?"
Ia mengangkat bahu, "Aku tidak tau. Aku tidak pernah bertemu."
"Tadi, kamu bilang, Ibumu memiliki mata dan bibir yang kecil. Alis yang lebat dan hidung yang mancung."
"Iya, itu kata mereka. Mereka bilang begitu."
Tidak ada kesedihan yang terpancar dari wajahnya. Ia melompat-lompat di hadapanku, menghilangkan rasa dingin di tubuhnya.
"Jika kamu ingin bertemu dengan ibumu. Kamu berdoa saja. Minta kepada Tuhan agar bisa bertemu."
Lompatannya terhenti. Kembali duduk di sebelahku.
"Apa itu doa? Bagaimana caranya? Apa, aku bisa langsung bertemu ibuku?"
Pertanyaan beruntun keluar dengan antusias.
"Lihat," katanya lagi. Ia menunjuk matahari yang perlahan turun.
"Warna langitnya bagus. Biru, hitam dan jingganya sangat lembut."
Kami berdua diam. Menikmati senja menuju gelap.
Komentar
Posting Komentar