Karakter Yang Memberontak (Part 1)
Sedari tadi, ia hanya memelototi kertas yang ada di hadapannya. Sudah lebih dari satu jam, ia dalam posisi itu. Duduk menghadap ke luar jendela dengan tangan kiri menopang kepalanya. Sedangkan, tangan kanannya menuliskan kata 'Senja'.
Aku menunggu nama lain dan kisah yang lainnya dituliskan. Tetapi yang ia lakukan hanya mencoret dan menuliskan kembali namaku itu berkali-kali.
"Hai, Nona. Tidak bisakah kau menyelesaikan ceritamu?" Aku berteriak sekeras mungkin.
Ia terkejut, tersadar dari lamunannya. Mencari asal suaraku.
"Nona, aku di sini. Aku di hadapanmu."
"Siapa kau?" katanya ragu.
"Aku, Senja. Karakter yang sering kau tulis dalam ceritamu."
"Mungkin aku hanya lelah," gumamnya pelan.
Ia berjalan ke arah kamar mandi. Mencuci mukanya, dan kembali duduk dengan membawa segelas cokelat panas.
Ia tidak meneruskan tulisannya. Ia malah asyik dengan ponselnya. Melihat-lihat media sosial dan membalas pesan singkat yang menurutku tidak penting itu.
Aku melihat isi pesannya. Ia sedang bercengkrama membicarakan Diorama. Sesekali raut wajahnya terlihat berbinar, dan dengan sekejap bisa berubah menjadi sedih.
Gadis gila! Pikirku. Kenapa ia bisa sebodoh itu. Kenapa ia tidak mengungkapkan perasaannya kepada pria yang tersebut.
Aku tidak ingin menjadi gila juga. Aku kembali berteriak memanggilnya, "Hei... Nona." Lagi-lagi ia abai.
Kepalanya rebah di atas meja. Menutupi namaku yang sudah tertulis di atas kertas.
Komentar
Posting Komentar