Hidup Di Pinggiran Jakarta
Satu tahun sudah kita mengalami pandemi virus Covid-19. Dari yang sangat menakutkan hingga berdamai dengan hal tersebut. Awalnya melihat orang-orang yang terinfeksi hanya dari pemberitaan TV, radio, ataupun internet, kini yang terinfeksi orang-orang yang kita kenal.
Bagaimana kehidupan orang-orang yang tinggal di gang pinggiran Jakarta? Kami menjalani hidup biasa saja. Tanpa masker, tanpa jaga jarak, tanpa protokol kesehatan. Bukan berarti kami tidak peduli. Kami percaya orang-orang sekitar kami sehat.
***
Awalnya saya sedikit bingung dengan keadaan di tempat masa kecil saya. Sebuah tempat yang berada di gang di pinggiran Jakarta. Padahal keadaan kota terasa mencekam. Orang-orang dilanda ketakutan dan kebingungan. Sedangkan mereka yang tinggal di pinggiran kota terap melakukan aktifitas seperti biasa.
Ibu-ibu masih tetap mengobrol sambil bergerombol. Anak-anak kecil bermain sambil sesekali mengumpat dengan lantang. Apalgi ketika daerah itu mendapatkan hadiah sebuah lapangan bulutangkis. kerumunan semakin banyak.
Setiap pagi dan sore anak-anak bersiap dengan raket ditangan. Agar semua orang mendapat giliran, kami melakukan undi dengan cara gambreng untuk mencari pasangan. Bayangkan saja 16 orang harus gambreng untuk mencari pasangan dan menentukan giliran.
Mainnya tidak sampai lima menit. Tapi menunggu giliran bermain bisa lebih dari sepuluh menit. Jika memang ingin bermain dengan tenang maka harus datang ke lapangan sebelum jam delapan pagi, jam tiga sore, dan jam setengah tujuh malam.
Bagi kami yang tinggal di dalam gang pinggiran Jakarta, corona tidak merebut kebahagiaan kami
Komentar
Posting Komentar