Tuan Berdasi Merah

Pada zaman dahulu ada sebuah desa yang tanahnya subur, sungainya jernih dan mata airnya tidak pernah kering. Warga desa hidup makmur dan bahagia. Hewan ternak di desa itu dibiarkan berkeliaran. Tidak satu pun yang dimasukan ke dalam kandang. 

Para pria dewasa bekerja di sawah, ladang dan hutan. Para ibu merawat rumah dan memasak. Sedangkan anak-anak bermain dengam gembira. Sayangnya warga di desa itu tidak ada yang bisa membaca atau menulis.

Kala itu kekeringan menimpa karena kemarau yang tidak berkesudahan. Tersiarlah kabar kemakmuran desa itu ke seluruh negeri. Tuan berdasi merah penasaran dengan desa tersebut. Ia merencanakan perjalanan dan rencana jahat.

Setelah satu minggu perjalanan, sampailah tuan berdasi merah di gerbang desa. Ia berdecak kagum dan menikmati kesejukannya. Pohon-pohon besar dan rimbun berbaris rapi di sisi jalan. Hewan ternak berkeliaran begitu saja. Gemericik air sungai terdengar merdu di telinga tuan berdasi merah.

Tiba-tiba terlintas niat jahat di kepalanya. Ia ingin menguasai seluruh desa untuk dirinya sendiri. Pelan-pelan ia mendekati warga dan mengambil simpati warga desa. Setelah beberapa bulan, warga desa berhasil terkena tipu daya tuan berdasi merah.

Tuam berdasi merah berhasil merampas kekayaan desa dan menjualnya ke kota. Warga desa tersingkirkan ke dalam hutan yang disisakan sedikit untuk mereka. Sedangkan tuan berdasi merah terus mengeruk dan merusak alam. Pohon ia tebangi. Sawah dijadikan perumahan dan tempat hiburan.

Suatu ketika alam marah pada tuan berdasi merah. Ia seperti terkena kutukan. Hujan tidak berhenti berhari-hari. Matahari enggan muncul. Desa itu gelap. Suara gemuruh terdengar kencang. Tanah membelah dan menelan semua yang ada di atasnya termasuk tuan berdasi merah yang sedang tertidur pulas

Komentar